Kitab Ramayana merupakan salah satu Itihāsa yang terkenal. Kitab Ramayana terdiri dari 24.000 sloka. Di tinjau dari segi kepercayaan, cerita Ramayana merupakan suatu pendidikan rohani yang mengandung falsafah yang sangat dalam artinya. Ramayana juga merupakan cerita mitos kuna yang bersumber pada pendidikan yang menceritakan kehidupan manusia dalam mencari kebenaran dan hidup yang sempurna.
Cerita Ramayana menyinggung pula kebaikan dan kesetiaan Dewi Sri kepada suaminya yaitu Sri Rama, karena Sri Rama adalah
titisan Dewa Wisnu, sedangkan Dewi Sri adalah istri Dewa Wisnu yang digambarkan sebagai bumi manusia. Dari segi sosial masyarakat membuktikan bahwa Rama dan Dewi Sri adalah merupakan tokoh-tokoh sosiawan dan dermawan yang mencintai sesamanya.
titisan Dewa Wisnu, sedangkan Dewi Sri adalah istri Dewa Wisnu yang digambarkan sebagai bumi manusia. Dari segi sosial masyarakat membuktikan bahwa Rama dan Dewi Sri adalah merupakan tokoh-tokoh sosiawan dan dermawan yang mencintai sesamanya.
Kitab Ramayana merupakan hasil sastra India yang indah dan
berani. Menurut perkiraan, di India ada lebih dari 100 juta orang yang pernah
membaca kitab Ramayana, artinya bahwa penggemar cerita Ramayana melebihi
pembaca Weda Menurut para budayawan, kitab Ramayana digubah oleh seorang Empu
agung, yaitu Empu Walmiki. Kitab ini terbagi-bagi menjadi 7 bagian atau 7
kandha. Bagian-bagian tersebut yaitu : Bala Kandha, Ayodya Kandha,
Aranyaka kandha, Kiskindha kandha, Sundara Kandha, Yudha Kandha, Utara Kandha.
1. 1. Bala
Kandha : Mengisahkan tentang Rama dan saudara-saudaranya ketika masih
kecil.
Diceritakan, di negeri Kosala
dengan ibukotanya Ayodya dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Dasarata. Ia
mempunyai 3 istri yaitu Dewi Kausalya (Sukasalya) yang berputra Rama sebagai,
Kekayi yang melahirkan Barata, dan Dewi Sumitra yang berputra Lasmana dan
Satrugna (Satrugena). Dalam sayembara (swayamwara) di Wideha (Manthili) Rama
berhasil memboyong Sinta putra Janaka. Sinta kemudian menikah dengan Rama.
2. Ayodya
Kandha : mengisahkan Raja Dasarata sudah tua. Maka Sang Prabu menghendaki turun tahta dan Rama diserahi untuk menggantikannya sebagai raja di negeri
Ayodya. Tanpa berpikir panjang tentu saja Rama sebagai anak sulung
menyanggupkan diri. Raja Dasarata memerintahkan agar negeri dihias dengan
sebaik-baiknya untuk peresmian penobatan raja bagi Sri Rama yang baru saja
menikah.
Tetapi alangkah kagetnya sang Raja
Dasarata bahwa di malam hari menjelang penobatan Rama, dewi Kekayi mengingatkan
pada Dasarata akan janji yang telah diucapkan tentang anaknya si Barata agar
bisa naik tahta. Dan selanjutnya agar Barata tenang memerintah Ayodya, Dewi
Kekayi memerintahkan kepada Rama dan Sinta agar meninggalkan Ayodya dan hidup
di hutan Kanyaka atau Dhandaka selama 14 tahun.
Tentu saja sang Prabu Dasarata
sedih sekali dan tidak kuasa menolak janji yang telah diucapkan kepada Kekayi.
Hampir-hampir sang Dasarata lari akan bunuh diri. Namun Sri Rama tahu akan
gelagat itu, dengan rela hati bersama Sinta untuk melepaskan haknya dan pergi
ke hutan selama 14 tahun. Tidak mau ketinggalan Raden Lasmana ikut dalam
pengungsian ke hutan.
Sejak itulah Sang Dasarata
meninggal. Barata diangkat sebagai raja. Sesaat menduduki singgasana ia
kemudian jatuh. Selanjutnya Barata tidak mau naik tahta malahan lari mencari
Rama di hutan untuk menyerahkan kembali pemerintahan kepada kakaknya, tetapi
Sri Rama harus menggenapkan14 tahun di hutan. Untuk itu terompah Sri Rama
dibawa kembali ke Ayodya sebagai ganti Sri Rama, maka raja terompah memerintah
Ayodya.
3. Aranyaka kandha :mengisahkan tentang Batara Wisnu yang menitis ke Rama. Rama memang titisan Batara Wisnu yang ke sembilan kalinya. Penitisan ini menjadikan
karakter Rama benar-benar bertindak ingin meluruskan perilaku umat yang jahat
dengan cara kesabaran dan kebenaran. Rama dalam pengasingan di hutan sudah
berkali-kali membantu para rohaniawan yang diganggu oleh raksasa.
4. Kiskindha
kandha : menceritakan perjalanan Rama hingga sampai ke negara Kiskindha. Sebelumnya Sri Rama telah bertemu dengan burung Garuda Jatayu yang sudah
sekarat dan maut hampir menjemputnya. Peristiwa tersebut terjadi karena burung
Jatayu bertempur guna merebut Sinta dari tangan Rahwana Setelah burung Jatayu
menyampaikan semua yang dialaminya akhirnya mati kemudian Rama dan Lasmana
melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan Rama bertemu dengan Sugriwa sang raja
kera yang terjepit pada dua cabang asam yang berhimpitan dan tak akan bisa
lepas tanpa pertolongan orang lain. Himpitan cabang itu dipanah (jemparing)
oleh Sri Rama dan lapaslah Sugriwa dari jepitan cabang pohon. Kemudian
berkatalah kepada Sri Rama, bahwa dirinya adalah Sugriwa si raja kera dari
Kiskindha. Sugriwa akhirnya minta tolong kepada Sri Rama agar sudi membantu melawan kakaknya yang bernama Subali.
Bersekutulah Sugriwa dengan Rama
dan saling berjanji akan tolong-menolong di dalam segala kerepotannya. Akhirnya
matilah Subali dalam peperangan melawan Sugriwa yang dibantu Sri Rama. Setelah
meraih kemenangan bertahtalah Sugriwa di kerajaan Kiskindha. Selanjutnya
Sugriwa memerintahkan prajurit kera berangkat ke Alengka. Setelah sampai di
pantai, maka para kera bingung karena tidak mampu menyeberangi laut.
5.Sundara
Kandha :
Mengisahkan perjalanan sang Hanuman ( Kisah Hanoman ) yang menjadi utusan Sri Rama. Hanuman, kera putih (wanara seta) kepercayaan Rama, si anak dewa Angin menuju
ke negara Alengka dengan cara mendaki gunung Mahendra, kemudian meloncati
menyeberang samudra dan tibalah di Alengka. Seluruh kota dijelajahinya hingga
masuk di istana dan bertemu dengan Sinta. Setelah saling mengabarkan kususnya
Sri Rama yang suatu saat akan menjemputnya ke Alengka.
Saat itu Hanuman diketahui oleh
Indrajid, Hanuman ditangkap lalu diikat dan kemudian dibakar. Dengan ekornya
yang menyala itu mengakibatkan seluruh kota itu terbakar, kemudian kembalilah Hanuman
ke Ayodya melaporkan peristiwa itu ke hadapan Sri Rama.
6. Yudha
Kandha : menceritakan tentang Wibisana yang diusir Rahwana dan akhirnya
Wibisana bergabung dengan sang Rama. Sebelumnya Wibisana memberikan petunjuk
agar kakaknya yaitu Sang Rahwana mau mengembalikan Sinta kehadapan Rama, namun
petunjuk tersebut membuat Rahwana marah.
Wibisana disuruh pergi dari
Alengka. Ia pergi bergabung dengan Sri Rama. Hal ini mengakibatkan Indrajid
mati, Kumbakarna beserta prajurit dan para senapati gugur dalam perang berebut
Sinta. Rahwana yang sakti itu mengamuk, peperanganpun berlanjut dan banyak pula
prajurit kera yang mati. Hampir saja Rama kewalahan karena kesaktian Rahwana,
akhirnya Rahwanapun mati.
Selesailah peperangan antara Sri
Rama melawan Rahwana. Wibisana diangkat oleh Rama menjadi raja Alengka. Di hati
Rama ternyata ada keraguan tentang kesucian Sinta. Untuk membuktikan, maka ia
menyuruh membuat api unggun. Masuklah Sinta ke dalam api itu. Ternyata tidak
mati, justru dewa Agnilah menyerahkan Sinta untuk Rama sebab Sinta memang masih
suci. Kini Sinta bersama Rama pulang ke Ayodya, diiringi oleh tentara kera.
Mereka disambut oleh Barata, yang segera menyerahkan tahta kerajaan kepada Sri
Rama.
7. Utara
Kandha :Dua pertiga dari buku Utara kandha ini berisi tentang cerita yang
tidak ada kaitannya dengan riwayat Sri Rama. Dalam kitab ini disebut-sebut
tentang nama raja Dharmawangsa Teguh.
Kitab Ramayana ini berisi
bermacam-macam cerita, misalnya terjadinya raksasa-raksasa nenek moyang sang
Rahwana atau Dasamuka. Terjadinya Dasamuka dan sikapnya yang kurang sopan
terhadap para dewa dan para pendeta.
Di kisahkan pula mengenai Sri
Harjuna Sasrabahu yang mengamuk kepada Dasamuka, disiksa ditarik dengan kereta
kencana, diikatkan badannya dengan roda kereta sampai kesakitan. Siksaan
terhadap Dasamuka ini terpaksa dilakukan oleh Sri Harjuna sebab patihnya yang
bernama patih Suwanda (Sumantri) mati dibunuh olehnya, namun Dasamuka ditolong
oleh Pandya Batari Durga.
Isi pokok dari bagian
ke 7 ini sebenarnya berupa lanjutan dari riwayat Rama Sinta, tetapi ada
perbedaan dengan bagian akhir kitab yang ke 6. Menurut para ahli sastra bagian
ke 7 ini memang berupa kandha gubahan baru.
Diceritakan setelah Sinta diboyong
ke Utara (Ayodya), maka Sang Batara Rama mendengar desas-desus rakyat bahwa
kehadirannya sangat disangsikan akan kesuciaannya. Demi memperlihatkan
kesempurnaannya, maka Sinta yang pada saat itu dalam keadaan hamil diusir dari
Ayodya oleh Rama.
Pergilah Sinta dengan tiada tujuan tertentu
dengan mengenakan pakaian orang sudra papa dan sampailah di pertapaan Empu
Walmiki. Usia kehamilan Sinta semakin besar, maka setelah tiba waktunya
lahirlah dua anak yang ternyata lahir kembar, diberi nama Kusa dan Lawa.
Keduanya diasuh dan dibesarkan oleh
Empu Walmiki dan dididik membaca kakawin. Sang Walmiki juga menulis cerita
riwayat Rama dalam kakawin. Suatu saat ketika sang Rama mengadakan aswameda
yaitu korban pembebasan kuda, Kusa dan Lawa diajak hadir oleh sang Walmiki.
Kedua anak muda inilah yang membawa kakawin gubahan sang Empu.
Setelah pembacaan Kakawin dengan
riwayat Sang Rama, barulah tahu bahwa Kusa dan Lawa adalah anaknya sendiri.
Maka segera Walmiki diminta untuk mengantar Sinta kembali ke istana. Setiba di
istana Sinta bersumpah “janganlah kiranya raganya tidak diterima oleh bumi
seandainya tidak suci.” Seketika itu juga bumi terbelah menjadi dua dan
muncullah Dewi Pretiwi yang duduk di atas singgasana emas yang didukung oleh
ular-ular naga. Sinta dipeluknya dan dibawanya lenyap masuk ke dalam belahan
bumi.
Tentu saja Sri Rama sangat menyesal
atas semua itu. Perasaan Rama sangat haru melihat sang Dewi Pretiwi yang
berkenan untuk muncul menjemput Sinta. Peristiwa tersebut telah membuat Rama
mengerti akan kesetiaan Sinta kepadanya. Itulah penyesalan Rama, yang kemudian
dinyatakan pada semedinya di pantai samudra dan lepaslah penitisan Wisnu
kembali ke Sorgaloka untuk bertemu dengan sang istri yaitu Dewi Pretiwi.
Dikisahkan di sebuah negeri bernama Mantili ada seorang
puteri nan cantik jelita bernama Dewi Shinta. Dia seorang puteri raja negeri
Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu hari sang Prabu mengadakan sayembara untuk
mendapatkan sang Pangeran bagi puteri tercintanya yaitu Shinta, dan akhirnya
sayembara itu dimenangkan oleh Putera Mahkota Kerajaan Ayodya, yang bernama
Raden Rama Wijaya. Namun dalam kisah ini ada juga seorang raja Alengkadiraja
yaitu Prabu Rahwana, yang juga sedang kasmaran, namun bukan kepada Dewi Shinta
tetapi dia ingin memperistri Dewi Widowati. Dari penglihatan Rahwana, Shinta
dianggap sebagai titisan Dewi Widowati yang selama ini diimpikannya.
Dalam sebuah perjalanan Rama dan Shinta dan disertai Lesmana adiknya,
sedang melewati hutan belantara yang dinamakan hutan Dandaka, si raksasa Prabu
Rahwana mengintai mereka bertiga, khususnya Shinta. Rahwana ingin menculik
Shinta untuk dibawa ke istananya dan dijadikan istri, dengan siasatnya Rahwana
mengubah seorang hambanya bernama Marica menjadi seekor kijang kencana. Dengan
tujuan memancing Rama pergi memburu kijang ‘jadi-jadian’ itu, karena Dewi
Shinta menginginkannya. Dan memang benar setelah melihat keelokan kijang
tersebut, Shinta meminta Rama untuk menangkapnya. Karena permintaan sang istri
tercinta maka Rama berusaha mengejar kijang seorang diri sedang Shinta dan
Lesmana menunggui.
Dalam waktu sudah cukup lama ditinggal berburu, Shinta mulai
mencemaskan Rama, maka meminta Lesmana untuk mencarinya. Sebelum meninggalkan
Shinta seorang diri Lesmana tidak lupa membuat perlindungan guna menjaga
keselamatan Shinta yaitu dengan membuat lingkaran magis. Dengan lingkaran ini
Shinta tidak boleh mengeluarkan sedikitpun anggota badannya agar tetap terjamin
keselamatannya, jadi Shinta hanya boleh bergerak-gerak sebatas lingkaran
tersebut. Setelah kepergian Lesmana, Rahwana mulai beraksi untuk menculik,
namun usahanya gagal karena ada lingkaran magis tersebut. Rahwana mulai cari
siasat lagi, caranya ia menyamar yaitu dengan mengubah diri menjadi seorang
brahmana tua dan bertujuan mengambil hati Shinta untuk memberi sedekah.
Ternyata siasatnya berhasil membuat Shinta mengulurkan tangannya untuk memberi
sedekah, secara tidak sadar Shinta telah melanggar ketentuan lingkaran magis
yaitu tidak diijinkan mengeluarkan anggota tubuh sedikitpun! Saat itu juga
Rahwana tanpa ingin kehilangan kesempatan ia menangkap tangan dan menarik
Shinta keluar dari lingkaran. Selanjutnya oleh Rahwana, Shinta dibawa pulang ke
istananya di Alengka. Saat dalam perjalanan pulang itu terjadi pertempuran
dengan seekor burung Garuda yang bernama Jatayu yang hendak menolong Dewi
Shinta. Jatayu dapat mengenali Shinta sebagai puteri dari Janaka yang merupakan
teman baiknya, namun dalam pertempuan itu Jatayu dapat dikalahkan Rahwana.
Disaat yang sama Rama terus memburu kijang kencana dan
akhirnya Rama berhasil memanahnya, namun kijang itu berubah kembali menjadi
raksasa. Dalam wujud sebenarnya Marica mengadakan perlawanan pada Rama sehingga
terjadilah pertempuran antar keduanya, dan pada akhirnya Rama berhasil memanah
si raksasa. Pada saat yang bersamaan Lesmana berhasil menemukan Rama dan mereka
berdua kembali ke tempat semula dimana Shinta ditinggal sendirian, namun
sesampainya Shinta tidak ditemukan. Selanjutnya mereka berdua berusaha
mencarinya dan bertemu Jatayu yang luka parah, Rama mencurigai Jatayu yang
menculik dan dengan penuh emosi ia hendak membunuhnya tapi berhasil dicegah
oleh Lesmana. Dari keterangan Jatayu mereka mengetahui bahwa yang menculik
Shinta adalah Rahwana! Setelah menceritakan semuanya akhirnya si burung garuda
ini meninggal.
Mereka berdua memutuskan untuk melakukan perjalanan ke
istana Rahwana dan ditengah jalan mereka bertemu dengan seekor kera putih
bernama Hanuman yang sedang mencari para satria guna mengalahkan Subali. Subali
adalah kakak dari Sugriwa paman dari Hanuman, Sang kakak merebut kekasih
adiknya yaitu Dewi Tara. Singkat cerita Rama bersedia membantu mengalahkan
Subali, dan akhirnya usaha itu berhasil dengan kembalinya Dewi Tara menjadi
istri Sugriwa. Pada kesempatan itu pula Rama menceritakan perjalanannya akan
dilanjutkan bersama Lesmana untuk mencari Dewi Shinta sang istri yang diculik
Rahwana di istana Alengka. Karena merasa berutang budi pada Rama maka Sugriwa
menawarkan bantuannya dalam menemukan kembali Shinta, yaitu dimulai dengan
mengutus Hanuman persi ke istana Alengka mencari tahu Rahwana menyembunyikan
Shinta dan mengetahui kekuatan pasukan Rahwana.
Taman Argasoka adalah taman kerajaan Alengka tempat dimana
Shinta menghabiskan hari-hari penantiannya dijemput kembali oleh sang suami.
Dalam Argasoka Shinta ditemani oleh Trijata kemenakan Rahwana, selain itu juga
berusaha membujuk Shinta untuk bersedia menjadi istri Rahwana. Karena sudah
beberapa kali Rahwana meminta dan ‘memaksa’ Shinta menjadi istrinya tetapi
ditolak, sampai-sampai Rahwana habis kesabarannya yaitu ingin membunuh Shinta
namun dapat dicegah oleh Trijata. Di dalam kesedihan Shinta di taman Argasoka
ia mendengar sebuah lantunan lagu oleh seekor kera putih yaitu Hanuman yang
sedang mengintainya. Setelah kehadirannya diketahui Shinta, segera Hanuman
menghadap untuk menyampaikan maksud kehadirannya sebagai utusan Rama. Setelah
selesai menyampaikan maskudnya Hanuman segera ingin mengetahui kekuatan
kerajaan Alengka. Caranya dengan membuat keonaran yaitu merusak keindahan
taman, dan akhirnya Hanuman tertangkap oleh Indrajid putera Rahwana dan
kemudian dibawa ke Rahwana. Karena marahnya Hanuman akan dibunuh tetapi dicegah
oleh Kumbakarna adiknya, karena dianggap menentang, maka Kumbakarna diusir dari
kerjaan Alengka. Tapi akhirnya Hanuman tetap dijatuhi hukuman yaitu dengan
dibakar hidup-hidup, tetapi bukannya mati tetapi Hanuman membakar kerajaan
Alengka dan berhasil meloloskan diri. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman
menceritakan semua kejadian dan kondisi Alengka kepada Rama. Setelah adanya
laporan itu, maka Rama memutuskan untuk berangkat menyerang kerajaan Alengka
dan diikuti pula pasukan kera pimpinan Hanuman.
Setibanya di istana Rahwana terjadi peperangan, dimana
awalnya pihak Alengka dipimpin oleh Indrajid. Dalam pertempuran ini Indrajid
dapat dikalahkan dengan gugurnya Indrajit. Alengka terdesak oleh bala tentara
Rama, maka Kumbakarna raksasa yang bijaksana diminta oleh Rahwana menjadi
senopati perang. Kumbakarna menyanggupi tetapi bukannya untuk membela kakaknya
yang angkara murka, namun demi untuk membela bangsa dan negara
Alengkadiraja.Dalam pertempuran ini pula Kumbakarna dapat dikalahkan dan gugur
sebagai pahlawan bangsanya. Dengan gugurnya sang adik, akhirnya Rahwana
menghadapi sendiri Rama. Pad akhir pertempuran ini Rahwana juga dapat
dikalahkan seluruh pasukan pimpinan Rama. Rahmana mati kena panah pusaka Rama
dan dihimpit gunung Sumawana yang dibawa Hanuman.
Setelah semua pertempuran yang dasyat itu dengan kekalahan
dipihak Alengka maka Rama dengan bebas dapat memasuki istana dan mencari sang
istri tercinta. Dengan diantar oleh Hanuman menuju ke taman Argasoka menemui
Shinta, akan tetapi Rama menolak karena menganggap Shinta telah ternoda selama
Shinta berada di kerajaan Alengka. Maka Rama meminta bukti kesuciannya, yaitu
dengan melakukan bakar diri. Karena kebenaran kesucian Shinta dan pertolongan
Dewa Api, Shinta selamat dari api. Dengan demikian terbuktilah bahwa Shinta
masih suci dan akhirnya Rama menerima kembali Shinta dengan perasaan haru dan
bahagia. Dan akhir dari kisah ini mereka kembali ke istananya masing-masing.
Entah bagaimana perasaan Sinta ketika ia masuk dalam api
unggun besar yang siap menghancurkan dirinya. Ia lolos dari maut karena api tak
mau memakan dirinya. Namun, bagi para penjunjung cinta, tentunya hal ini sudah
mencederai cinta suci yang ada di antara mereka. Cinta Rama tidaklah setulus
cinta Sinta.
Jika kemudian ketidaktulusan itu berujung pada dibuangnya
Sinta ke hutan, sendirian, dalam keadaan hamil, tentulah hal ini juga
menunjukkan bahwa cinta Rama kepada Sinta tidaklah sekuat yang dibayangkan
orang, seperti tergambar dalam cerita-cerita selama ini. Rama memang mencintai
Sinta, namun ternyata cintanya tak cukup besar untuk percaya pada istrinya.
Setelah Sinta dibuang saat hamil di hutan,
ia pun kemudian melahirkan dua anak kembar yang kemudian menantang bapaknya
karena telah menelantarkan ibu mereka. Ketika sang bapak malah hendak membunuh
anaknya, Sinta pun memilih untuk ditelan bumi karena tak kuasa melihat
pertumpahan darah antara Rama dan anaknya. Selesai dan penuh deraian air mata.
No comments:
Post a Comment