Pernahkan Anda memperhatikan betapa leganya Anda setelah
mencurahkan isi hati kepada seorang teman, seorang terapis atau bahkan orang
asing yang ingin mendengarkan?
Ada saatnya, kita merasa
sulit membangun komunikasi dengan
seseorang yang kita cintai. Setiap hubungan menjadi aspek yang paling penting
dalam kehidupan manusia, baik itu dengan orang tua, teman, suami atau mertua.
Tentunya, setiap hubungan memiliki porsinya masing-masing dan tidak jarang,
sebagian orang hidup dalam ketakutannya sendiri. Ketakutan ini menjadi alasan
paling penting mengapa kadang-kadang kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik
dengan beberapa orang yang terlibat dalam kehidupan kita.
Manfaat kesehatan dari kebiasaan Curhat (curahan hati) atau
mencurahkan isi hati seharusnya tidak menjadi sebuah kejutan. Menariknya, kita
menghabiskan 30-40 persen waktu bicara kita untuk menceritakan pengalaman kita
pada orang lain: Apa yang kita lakukan minggu lalu, bagaimana kencan kita
semalam atau makan malam lezat yang dimasak oleh kekasih Anda Selasa lalu. Tapi
ternyata ada juga kebiasaan buruk di mana orang terlalu bersemangat untuk
bercerita pada orang lain. Ahli terapi menyebutnya “self-disclosure
cartharsis.”
Menurut sebuah penelitian pada Mei 2012, sharing pengalaman
pribadi ternyata mengaktifkan jalur intrinsik otak yang berkaitan dengan
penghargaan, yaitu bagian yang memperbaiki mooddan meringankan stres kita.
Jalur ini memproduksi perasaan mendapat penghargaan, hasrat dan kepuasan.
Selain itu juga dihubungkan dengan kecanduan dan depresi.
Oversharing atau kebiasaan terlalu banyak curhat bisa
membuat ketagihan di mana dalam penelitian yang sama banyak orang bersedia
membayar hanya untuk melakukannya.
Para ahli juga menyarakankan bahwa seseorang bisa
mendapatkan manfaat dari kebiasaan curhat dengan beberapa cara: dengan cara
meningkatkan ikatan sosial dengan yang lain; dengan berusaha mendapatkan feedback dari
orang lain untuk mendapatkan pengetahuan tentang diri sendiri; dengan
menunjukkan pada orang lain apa yang ingin Anda alami dan apa yang orang lain
alami (“Nilai ujianku sekian, nilai ujian kamu berapa?”). Kebutuhan kita
untuk sharing dengan orang lain hingga berlebih justru membuktikkan betapa kita
adalah makhluk sosial, seperti dilansir dari doctoroz.com.
Berbagai sumber
No comments:
Post a Comment