Membaca bahasa tubuh adalah komponen inti dari membaca
pikiran. Lewat bahasa tubuh, kita bisa mengetahui emosi dasar seseorang.
Peneliti menemukan bahwa ketika seseorang mengamati gerak tubuh orang lain,
mereka dapat
mengenali emosi sedih, marah, gembira, takut dll, bahkan ketika
pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim.
Ekspresi wajah juga merupakan penanda bagi kita untuk dapat
mengetahui apa yang dipikirkan orang lain. Namun sayangnya, banyak dari kita
yang tidak mampu untuk mendeteksi ekpresi ini. Salah satu sumber yang kaya akan
penanda ini adalah mata seseorang; otot-otot di sekitar mata. Mata seseorang
adalah sumber penanda yang paling kaya jika dibandingkan bagian lain yang ada
di wajah. Contohnya: mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut,
terlihat tidak fokus kala sedang berkhayal, menatap tajam penuh kecemburuan,
atau menatap sekitarnya ketika tidak sabar.
Kita dapat semakin tahu pikiran orang lain dari
komponen-komponen dalam percakapan kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara.
Namun diantara ketiganya, Ickes menemukan
bahwa isi pembicaraan menjadi komponen terpenting dalam membaca pikiran dengan
baik.
Pernahkan Kita
Mencoba Untuk Menjadi Pembaca Pikiran orang lain ?
Lalu,
bagaimana kita bisa menjadi seorang pembaca pikiran yang lebih baik?
Tim dari Psychology Today telah merumuskan beberapa hal yang
bisa membantu kita membaca pikiran diantaranya :
1.
Kenalilah orang lain.
“Kemampuan membaca pikiran akan meningkat, semakin kita
mengenal lawan bicara kita,” kata William Ickes. Jika kita berinteraksi dengan
seseorang selama kurang lebih sebulan, kita akan lebih mudah untuk mengenali
apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal tersebut dapat terjadi karena: kita mampu
mengartikan kata-kata dan tidakan orang lain dengan lebih tepat, setelah mengamatinya
dalam berbagai situasi; kedua, kita mengetahui apa yang terjadi dalam hidup
mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memahami mereka dalam
konteks yang lebih luas.
2. Minta
umpan balik.
Penelitian menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan
kemampuan membaca dengan cara menanyakan kebenaran dari tebakan kita. Misalnya,
“Saya mendengar, sepertinya Engkau sedang marah. Benar tidak?”
3. Perhatikan
bagian atas dari wajah.
Emosi yang palsu, biasanya diungkapkan pada bagian bawah
wajah seseorang. Sedangkan, menurut Calin Prodan profesor neurologi di
University of Oklahoma Health Sciences Center, emosi utama bisa dilihat dari
sebagian ke atas wajah, biasanya di sekitar mata.
4. Lebih
ekspresif.
Ekspresivitas emosi cenderung timbal balik. Ross Buck,
“semakin kita ekspresif, semakin banyak pula kita akan mendapat informasi
mengenai kondisi emosional dari orang lain di sekitar kita.”
4. Santai.
Menurut Lavinia Plonka, pengarang Walking Your Talk,
seseorang cenderung “menyamakan diri” dengan lawan bicaranya melalui postur
tubuh dan pola napas. Jika anda merasa tegang, teman bicara anda bisa saja,
secara tak sadar, menjadi tegang pula lalu terhambat, dan akhirnya menjadi
sulit untuk dibaca. Ambillah napas panjang, senyumlah, dan coba untuk
menampilkan keterbukaan dan penerimaan kepada siapapun yang bersama anda.
5. Tinjauan
Kritis
Perlu kita ingat, bahwa ekspresi emosi bisa berbeda di
berbagai budaya. Ekspresi sedih di satu budaya, bisa jadi diinterpretasikan
sebagai emosi lain di budaya lain. Jadi jika ingin membaca seseorang, kita
perlu memperhatikan pula unsur budaya yang berlaku di tempat tinggal orang itu,
jangan sampai salah menebak, atau bahkan memicu terjadinya kesalahpahaman.
Kita juga tak bisa mengesampingkan fenomena membaca pikiran
ini sebagai sebuah fenomena yang biasa diasosisasikan dengan kemampuan
supranatural, sebab percaya tidak percaya, memang ada orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk membaca pikiran yang sulit dijelaskan ilmu pengetahuan.
Setidaknya penulis telah menemukan beberapa orang dengan kemampuan membaca
pikiran, yang bahkan mampu melihat masa depan dan berbagai macam hal yang sulit
diterima nalar.
Berbagai sumber
No comments:
Post a Comment