Tumpek Landep
adalah hari suci Hindu yang didasarkan pada pertemuan wawaran dan pawukon dalam
sistem kalender Jawa-Bali, yakni Saniscara Kliwon (Sabtu Kliwon) wuku Landep.
Kata landep berarti tajam atau merupakan wuku ke-2 dalam sistem pawukon. Bagi
umat Hindu, hari ini diyakini menjadi otonan atau selamatan bagi semua senjata
tajam, alat perang, peralatan dari besi, dan sebagainya. upacara Tumpek Landep
tepat dimaknai sebagai
pemujaan kepada Sanghyang PaĆupati untuk mendapatkan
anugerah berupa tuah (kekuatan/sakti) bagi senjata tajam atau alat-alat perang
dan peralatan kehidupan manusia khususnya yang terbuat dari logam serta memohon
kepada Ida Sang Hyang Pasupati agar benda-benda tersebut betul-betul dapat
berguna bagi kehidupan manusia.
Pada
kenyataannya pelaksanaan upacara Tumpek Landep telah mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia. Kata ”landep”
yang berarti tajam menunjuk pada alat-alat kehidupan yang telah digunakan
manusia sejak dahulu kala. Pada zaman berburu sudah dikenal beberapa senjata
tajam yang terbuat dari batu atau logam untuk tujuan perburuan. Kemudian, pada
masa bercocok tanam juga muncul peralatan-peralatan untuk bertani seperti,
cangkul, sabit, dan sebagainya. Upacara ini semakin mendapatkan signifikansinya
pada zaman kerajaan sehingga senjata tajam dan peralatan perang (landeping
prang) menjadi objek utama dalam pelaksanaan Tumpek Landep. Akan tetapi,
sekarang ini momentum Tumpek Landep digunakan umat Hindu untuk mengupacarai
peralatan besi hasil teknologi modern seperti, mobil, sepeda motor, dan
komputer dan lain sebagainya. Ini menandakan telah terjadinya pergeseran dalam pelaksanaan
Tumpek Landep dalam masyarakat Hindu. Namun pergeseran itu terjadi pada tataran
fisik, bukan pada substansi maknanya. Upacara ini merupakan wujud bhakti dan
karma umat Hindu, baik sebagai sarana pemujaan, ucapan terima kasih, sekaligus
permohonan kepada Hyang Widhi atas anugerah berupa peralatan dari besi yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Sementara
dalam kaitan dengan buana alit (diri manusia), Tumpek Landep itu sesungguhnya
momentum untuk selalu menajamkan pikiran (landeping idep), menajamkan perkataan
(landeping wak) dan menajamkan perbuatan (landeping kaya). Ketiga unsur Tri
Kaya Parisuda tersebut perlu lebih dipertajam agar berguna bagi diri sendiri
dan orang lain. Buah pikiran perlu dipertajam untuk kepentingan umat manusia,
demikian pula perbuatan dan perkataan yang dapat menentramkan pikiran dan batin
orang lain.
Lewat perayaan Tumpek Landep itu umat diingatkan agar
selalu menggunakan pikiran yang tajam sebagai tali kendali kehidupan. Misalnya,
ketika umat memerlukan sarana untuk memudahkan hidup, seperti mobil, sepeda
motor dan sebagainya, pikiran yang tajam itu mesti dijadikan kendali. Keinginan
mesti mampu dikendalikan oleh pikiran. Dengan demikian keinginan memiliki
benda-benda itu tidak berdasarkan atas gengsi, tetapi betul-betul berfungsi
untuk menguatkan hidup sehingga betul-betul tepat guna. Rerahinan Tumpek Landep
inilah sesungguhnya momen bagi kita untuk lebih menajamkan pikiran agar menjadi lebih cerdas, lebih jernih , lebih
tepat untuk melakukan analisa serta menentukan keputusan agar tercapai kebahagian
hidup.
No comments:
Post a Comment