Nyepi merupakan hari raya Umat Hindu untuk
memperingati perayaan Tahun Baru Caka yang jatuh pada Penanggal Apisan
Sasih Kedasa (tanggal 1 bulan ke 10 Tahun Caka)
Nyepi berasal dari kata “sepi”, “sipeng” yang berarti
sepi, hening, sunyi, senyap. Seperti namanya perayaan tahun baru caka
bagi umat hindu di Indonesia ini dirayakan sangat berbeda dengan
perayaan Tahun Baru lainnya, dimana perayaan umumnya identik dengan gemerlapnya
pesta dan kemeriahan, dan euforia dan hura-hura tetapi umat Hindu dalam
merayakan Nyepi malah dilaksanakan dengan Sepi, Hening,Sunyi,Senyap.
Umat Hindu merayakan Nyepi selama 24 jam, dari matahari
terbit (jam 6 pagi) sampai jam 6 pagi besoknya. Umat diharapkan bisa
melaksanakan “Catur Brata Penyepian” yaitu
:
1.Amati Geni artinya
tidak boleh berapi-api baik api secara fisik maupun api didalam diri (nafsu).
2. Amati Karya
artinya tidak boleh beraktivitas/bekerja.
Ini artinya kita tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan
meningkatkan kegiatan menyucikan rohani
3. Amati
Lelungan,dari kata lelunga yang artinya bepergian, artinya tidak
boleh bepergian keluar rumah, melainkan mawas diri,sejenak merenung diri
tentang segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin , hari ini dan akan
datang.
4. Amati Lelanguan artinya
tidak boleh bersenang-senang/ menyalakan TV/radio yang bersifat hiburan. Ini artinya
bahwa kita tidak mengobarkan kesenangan
melainkan melakukan pemusat pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai
dilakukan pada saat matahari “Prabata” saat fajar menyingsing sampai fajar
menyingsing kembali keesokan harinya, selama (24) jam.
Dengan adanya Catur Brata Penyepian ini, mengingatkan
kita agar belajar pendalian diri dengan melaksanakan Catur Brata
Penyepian sehingga kita bisa fokus dan berkonsentrasi dengan baik untuk mulat
sarira (kembali ke jati diri) melalui perenungan dan meditasi. Tetapi
dalam kenyataannya di masyarakat, masih banyak umat pada saat Nyepi malah menyalahgunakannya untuk
berjudi “meceki”seharian.
Selain Catur Brata Penyepian,
bagi yang umat yang mampu akan sangat bagus jika pada Nyepi bisa melaksanakan tapa, brata, yoga, samadi misalnya dengan
puasa selama 24 jam, dan juga monobrata yaitu tidak ngomong alias puasa
berbicara sambil selalu memfokuskan pikiran kepada Tuhan Ida Sang Hyang Widi
Wasa.
Mungkin pertanyaan
muncul dibenak kita, Mengapa perayaan Tahun Baru Caka tidak dilaksanakan
dengan ramai dan pesta seperti perayan tahun baru pada umumnya?
Menurut saya ini merupakan cermin kebijaksanaan dan
kejeniusan lehuhur kita, dimana leluhur kita selalu menekankan kita
tentang konsep “mulat sarira”. Perayaan
dalam hening dan sepi agar kita belajar (instrospeksi/kembali ke jati diri)
dengan merenung, meditasi, evaluasi diri dan bertanya tentang diri
kita, siapa kita? Mengapa kita ada disini? Akan kemanakah kita nanti? Selama
setahun ini apakah yang kesalahan kita yang perlu diperbaiki? Dan bukankah
dalam sepi dan hening kedamaian dan kejernihan pikiran lebih mudah tercapai ?
Pelaksanaan Nyepi
di Bali (Indonesia) memang unik dan istimewa, konsep “mulat sarira” dengan“Catur Brata Penyepian” nya
memang sangat relevan dengan kondisi dunia sekarang ini. Saat
ini bumi kita sedang menghadapi berbagai masalah seperti global warming, alam
yang rusak karena polusi dan eksploitasi besar-besaran, krisis energi dan
permasalahan lainnya yang disebabkan oleh kemerosotan moral.
Makna Nyepi itu sendiri adalah manusia diajarkan untuk mawas
diri, merenung sejenak dengan apa yang telah kita perbuat di masa lalu, saat
ini dan merencanakan yang lebih baik di masa yang akan datang dengan tidak lupa
selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh sang Pencipta. Jika kita
renungi secara mendalam perayaan Nyepi mengandung makna dan tujuan yang sangat
dalam dan mulia. Seluruh rangkaian Nyepi merupakan sebuah dialog spiritual yang
dilakukan umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga
ketenangan dan kedamaian hidup bisa terwujud.
No comments:
Post a Comment