Hidup ini bukanlah suatu statusquo artinya
menetap tanpa adanya perubahan dan pergeseran sama sekali. Hidup ini adalah suatu
perjalanan. Ada perjalanan yang mendaki menuju tempat yang lebih tinggi ada
juga yang menurun. Ada yang belok kanan ada pula yang belok kiri
. Idealisme
perjalanan hidup umat manusia di dunia ini menuju kehidupan yang semakin baik
dan semakin sejahtera dan bahagia. Tetapi perjalanan menuju idealisme tersebut
tidak semudah menggambarkannya dalam teori.
Perjalanan hidup itu bagaikan perjalanan air
dari gunung menuju laut. Air dari gunung itu berasal dari laut yang menguap
menjadi mendung. Mendung turun menjadi hujan. Hujan yang jatuh di gunung itulah
yang menapaki lereng gunung terus menuju sungai. Tidak ada sungai yang alami
lurus menuju laut. Sungai berliku-liku melalui berbagai daerah terus menuju
laut. Proses alam itu berdasarkan hukum Rta yang diciptakan oleh Tuhan.
Air mengalir dari dataran yang lebih tinggi
menuju dataran yang lebih rendah, nyala api berkobar menuju ke atas. Itu
semuanya karena hukum Rta ciptaan Tuhan.Demikianlah hidup ini sebagai suatu
proses.
Memahami hidup sebagai suatu proses sangat
penting untuk membangun sikap hidup yang benar dan tepat guna. Dari sikap hidup
yang benar dan tepat guna itu seseorang akan mendapatkan keadaan hidup yang
tenang. Hidup yang tenang lahir batin akan dapat melahirkan kehidupan yang
bijak dalam menapaki proses hidup di dunia ini. Dengan memahami hidup sebagai
suatu proses seseorang akan tetap bersikap seimbang kalau melihat atau berada
pada suatu kebaikan atau keburukan.
Keberuntungan atau kemalangan, kedukaan atau
kesenangan, dapat berproses dalam hidup ini. Kebaikan dapat saja berubah
menjadi keburukan kalau kurang waspada kita menjaga kebaikan itu. Demikian juga
keburukan dapat saja berproses menuju kebaikan kalau ada upaya-upaya mengubah
keburukan menjadi kebaikan. Orang kaya bisa saja berubah menjadi miskin,
demikian juga orang miskin bisa berubah menjadi kaya. Demikianlah seterusnya.
Karena itu sikap yang baik menghadapi proses kehidupan ini kita tidak boleh
bersikap apriori melihat suatu kejelekan atau keburukan. Demikian juga tidak
kita tidak boleh bersikap terlalu berharap pada sesuatu yang kelihatannya baik
atau menyenangkan hati. Karena itu semuanya dapat diproses.
Kalau ada orang yang jelek belum tentu ia akan
jelek terus. Setidak-tidaknya kita berdoa agar kejelekan seseorang itu dapat
berubah menjadi baik tahap demi tahap. Setidak-tidaknya kejelekannya itu tidak
bertambah. Demikian juga kalau ada orang bermusuhan dengan diri kita. Belum
tentu sikap bermusuhan itu akan terus menerus. Suatu saat dapat saja sikap
bermusuhannya itu berubah menjadi berteman. Artinya tidak boleh bermusuhan
habis-habisan. Bisa saja karena situasi kita didorong untuk berbaikan dengan
yang kita musuhi itu. Kalau kita melihat orang lain jelek jangan terlalu
menganggap bahwa kejelekan itu akan terus-menerus menimpa mereka. Suatu saat
bisa saja berubah. Dunia ini kan berputar terus, demikian juga dalam melihat
suatu kebaikan. Misalnya saja ada orang atau siapa saja demikian baik kepada
kita, janganlah hubungan baik itu dilakukan tanpa perhitungan. Kalau sampai tanpa
perhitungan menjaga hubungan baik, dapat saja hubungan baik itu berproses
menjadi buruk.
Sikap yang tidak satu dimensi sangat penting
kita kembangkan dalam hidup karena agama Hindu mengajarkan kepada kita, tidak
ada yang mutlak di dunia ini kecuali Hyang Widhi Wasa.
Dengan pemahaman bahwa hidup ini adalah suatu
proses kita tidak mudah goyah menghadapi dinamika hidup yang selalu
multidimensional. Kadang-kadang menyenangkan, kadang-kadang merisaukan. Kalau
keadaan menyenangkan jangan kita lupa diri sampai kehilangan kewaspadaan.
Apa-apa yang baik itu teruslah kita jaga jangan lengah seolah-olah yang baik
itu tidak akan berubah-ubah. Risiko terburuk harus selalu diperhitungkan.
Meskipun kita tidak pernah mengharapkan hal itu datang.
Jangan cepat berpuas diri kalau keadaan serba
baik. Yang langgeng hanyalah perubahan. Demikian juga kalau terjadi suatu
ketidakberuntungan, janganlah cepat-cepat berputus asa. Tuhan akan membukakan
jalan bagi umatnya yang berusaha. Yakinlah hidup ini akan berproses. Proses itu
akan menuju kebaikan bagi umat yang berusaha dan tahan pada cobaan hidup.
Proses hidup akan mengarah pada ketidakbaikan apa bila kita biarkan tanpa usaha
untuk memperbaikinya.
Pasrah bukanlah kemalasan. Pasrah adalah kerja
berdasarkan kesadaran budhi untuk memperjuangkan proses hidup menuju arah yang
positif.
No comments:
Post a Comment