Wednesday, March 26, 2014

Manfaat Curahan Hati (Curhat) Untuk Kesehatan


Pernahkan Anda memperhatikan betapa leganya Anda setelah mencurahkan isi hati kepada seorang teman, seorang terapis atau bahkan orang asing yang ingin mendengarkan?

Ada saatnya, kita merasa
sulit membangun komunikasi dengan seseorang yang kita cintai. Setiap hubungan menjadi aspek yang paling penting dalam kehidupan manusia, baik itu dengan orang tua, teman, suami atau mertua. Tentunya, setiap hubungan memiliki porsinya masing-masing dan tidak jarang, sebagian orang hidup dalam ketakutannya sendiri. Ketakutan ini menjadi alasan paling penting mengapa kadang-kadang kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan beberapa orang yang terlibat dalam kehidupan kita.

Manfaat kesehatan dari kebiasaan Curhat (curahan hati) atau mencurahkan isi hati seharusnya tidak menjadi sebuah kejutan. Menariknya, kita menghabiskan 30-40 persen waktu bicara kita untuk menceritakan pengalaman kita pada orang lain: Apa yang kita lakukan minggu lalu, bagaimana kencan kita semalam atau makan malam lezat yang dimasak oleh kekasih Anda Selasa lalu. Tapi ternyata ada juga kebiasaan buruk di mana orang terlalu bersemangat untuk bercerita pada orang lain. Ahli terapi menyebutnya “self-disclosure cartharsis.”

Menurut sebuah penelitian pada Mei 2012, sharing pengalaman pribadi ternyata mengaktifkan jalur intrinsik otak yang berkaitan dengan penghargaan, yaitu bagian yang memperbaiki mooddan meringankan stres kita. Jalur ini memproduksi perasaan mendapat penghargaan, hasrat dan kepuasan. Selain itu juga dihubungkan dengan kecanduan dan depresi.
Oversharing atau kebiasaan terlalu banyak curhat bisa membuat ketagihan di mana dalam penelitian yang sama banyak orang bersedia membayar hanya untuk melakukannya.

Para ahli juga menyarakankan bahwa seseorang bisa mendapatkan manfaat dari kebiasaan curhat dengan beberapa cara: dengan cara meningkatkan ikatan sosial dengan yang lain; dengan berusaha mendapatkan feedback dari orang lain untuk mendapatkan pengetahuan tentang diri sendiri; dengan menunjukkan pada orang lain apa yang ingin Anda alami dan apa yang orang lain alami (“Nilai ujianku sekian, nilai ujian kamu berapa?”).  Kebutuhan kita untuk sharing dengan orang lain hingga berlebih justru membuktikkan betapa kita adalah makhluk sosial, seperti dilansir dari doctoroz.com.





Berbagai sumber


No comments:

Post a Comment