Sunday, March 2, 2014

JANJI SABDO PALON (SERAT SABDO PALON)


Sabdo Palon dan Naya Genggong adalah 'PENUNTUN GAIB YANG MEWUJUD'. Beliau berdua senantiasa hadir mengiringi Raja-Raja Jawa jaman Hindhu Buddha. Beliau berdua pergi meninggalkan tanah Jawa semenjak Keruntuhan Majapahit pada tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Terkenal dengan SURYA SANGKALA (KATA SANDHI PENANDA TAHUN KEJADIAN) yang sangat populer di Jawa, yaitu SIRNA ILANG KERTHANING BHUMI ( SIRNA : 0, ILANG : 0, KERTHA : 4, BHUMI : 1 = 1400 Saka). Kalimat KERTHAning BHUMI, diambil dari nama asli PRABHU BRAWIJAYA PAMUNGKAS (PAMUNGKAS=TERAKHIR), yaitu RADEN KERTHABHUMI.

Ketika Majapahit hancur diserang oleh pasukan Demak Bintara. Prabhu Brawijaya meloloskan diri ke arah Timur, hendak menyeberang ke Pulau Bali, namun masih bertahan sementara di Blambangan ( Banyuwangi sekarang) kemudian  Sunan Kalijaga yang merupakan utusan dari Raden Patah menyusul datang ke Blambangan dan meminta, agar
pertikaian dihentikan, dan sudilah kiranya Sang Prabhu kembali memegang tampuk pemerintahan. Prabhu Brawijaya menolak, karena jikalau itu terjadi, maka beliau akan merasa terhina oleh putra selirnya sendiri, Raden Patah, yang lahir dari putri China Eng-Kian dan dibesarkan di Palembang dalam asuhan Adipati Arya Damar atau Swan Liong. Bagaimana tidak, seorang ayah harus menerima tahta dari anaknya sendiri, memalukan. Ketika perundingan menemui jalan buntu, maka Sunan Kalijaga mengusulkan agar beliau dengan kebesaran jiwa, mau memeluk Islam. Dengan demikian, seluruh pendukung beliau pasti akan meninggalkan beliau satu persatu, dan pertumpahan darah yang lebih besar lagi akan terhindar.

Mendengar akan hal itu, Prabhu Brawijaya tercenung, untuk menghindari peperangan lebih besar, setidaknya, usulan Sunan Kalijaga memang masuk akal. Demi perdamaian Sang Prabhu mengesampingkan ego-nya. Maka penuh dengan kebesaran hati, beliau menyatakan masuk islam. Terkejut seluruh yang hadir, termasuk Sabdo Palon dan Naya Genggong. Hingga, terlontarlah sebuah janji “ SERAT SABDO PALON “ sebagai berikut :
Sang Prabhu Brawijaya,
Bersabda dengan lemah lembut,
Mengharapkan kepada kedua punakawan( pengiring dekat )-nya,
Tapi Sabdo Palon tetap menolak,
Diriku ini sekarang,
Sudah memeluk Agama Rasul (Islam),
Wahai kalian kakang berdua,
Ikutlah memeluk agama suci,
Lebih baik karena ini agama yang mulia,

Sabdo Palon menghaturkan kata-kata agak keras,
Hamba tidak mau,
Memeluk agama Islam,
Sebab hamba ini sesungguhnya,
Raja Dang Hyang ( Penguasa Gaib ) tanah Jawa,
Memelihara kelestarian anak cucu ( penghuni tanah Jawa ),
(Serta) semua Para Raja,
Yang memerintah di tanah Jawa,
Sudah menjadi suratan karma (wahai Sang Prabhu), kita harus berpisah.

Dengan Paduka Wahai Sang Raja,
Kembali ke Sunyaruri (Alam kosong tapi ber-'isi'; Alam yang tidak ada tapi ada),
Hanya saja saya menghaturkan sebuah pesan agar Paduka menghitung,
Kelak sepeninggal hamba,
Apabila sudah datang waktunya,
Genap lima ratus tahun,
Mulai hari ini,
Akan saya ganti agama (di Jawa),
Agama Buddhi akan saya sebarkan ditanah Jawa.

Siapa saja yang tidak mau memakai,
Akan saya hancurkan,
Akan saya berikan kepada cucu saya sebagai tumbal,
Makhluk halus berwarna-warni,
Belum puas hati hamba,
Apabila belum hancur lebur,
Saya akan membuat pertanda,
Pertanda sebagai janji serius saya,
Gunung Merapi apabila sudah meletus mengeluarkan lahar.

Kearah selatan barat mengalirnya,
Berbau busuk air laharnya,
Itulah waktunya,
Sudah mulai menyebarkan agama Budhi,
Merapi janji saya,
Menggelegar seluruh jagad,
Kehendak Tuhan,
(Karena) segalanya (pasti akan) berganti,
Tidak mungkin untuk dirubah lagi.

Sangat sangat sengsara,
Yang hidup ditanah Jawa,
Perlambang tahun kedatangannya,
LAWON SAPTA NGESTI AJI ( LAWON ; 8, SAPTA ; 7, NGESTHI ; 9, AJI ; 1 = 1978),
Seandainya menyeberangi sebuah sungai,
Ketika masih berada ditengah-tengah,
Banjir bandhang akan datang tiba-tiba,
Tingginya air mampu menenggelamkan manusia,
Banyak manusia sirna karena mati.

Bahaya yang datang,
Merata diseluruh tanah Jawa,
Diciptakan oleh Yang Memberikan Hidup,
Tidak bisa untuk ditolak,
Sebab didunia ini,
Dibawah kekuasaan,
Tuhan dan Para Dewa,
Sebagai bukti,
Jagad ini ada yang menciptakan.

Bermacam-macam mara bahaya,
Merusak tanah Jawa,
Semua yang bekerja,
Hasilnya tidak mencukupi,
Pejabat banyak yang lupa daratan,
Pedagang mengalami kerugian,
Yang berkelakuan jahat semakin banyak,
Yag bertani tidak mengahsilkan apa-apa,
Hasilnya banyak terbuang percuma dihutan.

Bumi hilang berkahnya,
Banyak hama mendatangi,
Pepohonan banyakyang hilang,
Dicuri manusia,
Kerusakannya sangat parah,
Sebab saling berebut,
Rusak tatanan moral,
Apabila malam hujan banyak pencuri,
pabila siang banyak perampok.

Huru hara seluruh manusia,
Berebut kekuasan kerajaan,
Tidak tahan perdihnya hati,
Disusul datangnya,
Wabah yang sangat mengerikan,
Penyakit berjangkit kemana-mana,
Merata seluruh tanah Jawa,
Pagi sakit sorenya mati.

Belum selesai wabah kematian,
Ditambah banjir bandhang semakin menggenapi,
Hujan besar salah waktu,
Angin besar mengerikan,
Pohon-poho besar bertumbangan,
Disapu angin yang besar,
Banyak yang roboh berserakan,
Sungai-sungai banyak yang banjir,
Apabila dilihat bagaikan lautan.

Ombak naik kedaratan,
Membuat rusak pesisir pantai,
Yang berada dikiri kanannya,
Pohon banyak yang hanyut,
Yang tumbuh dipesisir,
Hanyut ketengah lautan,
Bebatuan besar hancur berantakan,
Tersapu ikut hanyut,
Bergemuruh nyaring suaranya.

Gunung berapi semua,
Huru hara mengerikan,
Menggelegar suaranya,
Lahar tumpah kekanan dan kekirinya,
Menenggelamkan,
Menerejang hutan dan perkotaan,
Manusia banyak yang tewas,
Kerbau dan Sapi habis,
Sirna hilang tak bisa dipulihkan lagi.

Gempa bumi sehari tujuh kali,
Membuat ketakutan manusia,
Tanah banyak yang retak-retak,
Makhluk halus yang ikut membantu amarah alam,
menyeret semua manusia,
Manusia menjerit-jerit,
Banyak yang terkena penyakit,
Bermacam-macam sakitnya,
Jarang yang bisa sembuh malahan banyak yang menemui kematian.

Sabdo Palon kemudian menghilang,
Sekejap mata tidak terlihat sudah,
Kembali ke alam misteri,
Sangat keheranan Sang Prabhu,
Terpaku tidak bisa bergerak,
Dalam hati merasa menyesal,
Merasa telah berbuat salah,
Akhirnya hanya bisa berserah kepada Tuhan,
Janji yang telah terucapkan itu sesungguhnya tak akan bisa dirubah lagi
.

(Diterjemahkan oleh : Damar Sashangka).

Selesai mengucapkan sumpah mereka, Sabdo Palon dan Naya Genggong mencium tangan Sang Prabhu Brawijaya. Sabdo Palon berbisik :"Lima ratus tahun lagi, ananda akan bertemu dengan kami kembali. Sekarang sudah saatnya kita berpisah. Selamat tinggal ananda."

3 comments:

  1. 1478 Masehi + 500 tahun = 1978??? sekarang sudah tahun 2017?? berarti sudah ada beberapa sabda Palon yang terbukti?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kalau tahun masehi 1 tahunnya ada 360 hari.Kalau 1 tahun saka itu banyaknya 420 hari kemungkinan maksudnya 500 tahun saka ya?? ����

      Delete
  2. Sekitar tahun 2060.. Masih 40 tahun lagi.. 😁

    ReplyDelete