Pengertian Moksa.
Moksa merupakan bagian kelima dari Panca Sradha dalam ajaran Agama Hindu, yang juga merupakan tujuan hidup tertinggi agama Hindu .Moksa berasal dari bahasa Sansekerta dari kata “Muc” = membebaskan atau
melepaskan. Dengan demikian Moksa berarti: “Kelepasan dan Kebebasan”.
“Moksa” merupakan terlepasnya Atman dari belenggu Maya ( bebas dari pengaruh
Karma dan Punarbawa ). Moksa bersifat Nirguna tidak ada
bahasa manusia yang
dapat menjelaskan bagaimana sesungguhnya alam Moksa itu. Alam moksa hanya dapat
dirasakan oleh orang yang dapat mencapainya.Yang dimaksud kebebasan dalam
ajaran Moksa adalah terlepasnya Atma dariikatan Maya, sehingga dapat menyatu
dengan Brahman. Bagi orang yang telah mencapai moksa atau ketentraman serta
kebahagiaan yang kekal abadi berarti mereka telah mencapai alam Sat Cit Ananda,
yaitukebahagiaan yang tertinggi.Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma adalah roh, jiwa.
Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa yang disebut dengan Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa hanya dapat dicapai dan dirasakan setelah meninggal dunia, dalam kehidupan sekarangpun kita dapat merasakan moksa yaitu kebebasan asal persyaratan-persyaratan moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa tidak menunggu waktu sampai meninggal.
Tingkatan Moksa
1. Samipya
Samipya adalah kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan Maha Rsi.
2. Srupya
Srupya merupakan moksa yang dilakukan di dunia ini karena kelahirannya. Kedudukan atma pencerminan dari kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Budha Gautama, dan Sri Kresna. Walaupun Atma telah mencapai perwujudan tertentu namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Srupya merupakan moksa yang dilakukan di dunia ini karena kelahirannya. Kedudukan atma pencerminan dari kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya Sri Rama, Budha Gautama, dan Sri Kresna. Walaupun Atma telah mencapai perwujudan tertentu namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di dunia ini.
3. Slokya
Slokya adalah suatu kebebasan yang telah dicapai oleh atma dimana atma itu telah berada diposisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti ini dapat dikatakan Atma telah mencapai tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.
Slokya adalah suatu kebebasan yang telah dicapai oleh atma dimana atma itu telah berada diposisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan seperti ini dapat dikatakan Atma telah mencapai tingkatan Dewa yang merupakan manifestasi dari Tuhan itu sendiri.
4. Sayujna
Sayujna adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana atma telah dapat bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Dalam keadaan seperti ini sebutan “Brahma Atma Akyam” yang artinya Atma dan Brahma sesungguhnya Tunggal.
Sayujna adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana atma telah dapat bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Dalam keadaan seperti ini sebutan “Brahma Atma Akyam” yang artinya Atma dan Brahma sesungguhnya Tunggal.
Kalau dilihat dari kebebasan yang dicapai oleh Atma, maka Moksa dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Moksa
yaitu
kebebasan yang dicapai oleh seseorang tetapi masih meninggalkan bekas berupa
mayat atau badan kasar.
2. Adi Moksa yaitu kebebasan yang
dicapai oleh sesorang dengan meninggalkan bekas-bekas berupa abu.
3. Parama Moksa yaitu kebebasan yang
dicapai oleh seseorang tanpa meninggalkan bekas.
Cara Mencapai Moksa.
Untuk
mencapai moksa seseorang harus mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu
sehingga proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan norma-norma ajaran
agama Hindu. Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Dharma.
Dalam ajaran agama Hindu yang
terdapat dalam Catur Purusa Artha
dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan
Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih
tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran
adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna mengatakan bahwa
dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian, dimana Kewajiban dan
Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu
tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat.
Dalam zaman edan saat ini semua
orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana, kebenaran dan
keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya malu, semua
perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya Dharma tidak pernah
berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman sekarang dan zaman yang akan
datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap zaman mempunyai karateristik lain-lain dalam melakukan latihan kerohanian (spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan kerohanian
yang baik adalah melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan kerochanian yang
baik adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara latihan
kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara pemujaan dan
untuk Kali Yuga latihan kerohanian yang baik adalah dengan melakukan Nama
Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan yang suci.
2. Pendekatan kepada Yang Widhi Wasa
Untuk mendekatkan diri kehadapan
Yang Widhi Wasa ada beberapa cara yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana
(menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan
cipta). Dengan melakukan latihan rochani , terutama dengan penyelidikan bathin,
akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam
diri kita. Apabila sifat-sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah
dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan
dikabulkan dan kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.
3. Kesucian.
Untuk memperoleh pengetahuan suci,
dan menghayati Yang Widhi Wasa dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad
yang termasyur : Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan
Gamaya yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah
kami dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan.
Setiap kita melakukan kegiatan-kegiatan,
kita biasakan untuk memohon tuntunan kehadapan Yang Widhi Wasa agar kita
selamat dan selalu dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita
bekerja demi Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi Wasa, maka pekerjaan
tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan
tersebut dengan Yang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan
dan nilai yang tinggi.
Tujuan dari kehidupan kita adalah
agar atman terbebas dari triguna dan menyatu dengan Para atman. Didalam Weda
disebut yaitu Moksartham Jaga Dhitaya Ca
Iti Dharma yang artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita adalah untuk
mencapai moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat manusia (jagadhita).
Ciri-ciri orang yang telah
mencapai jiwatman mukti adalah.
1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak).
1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak).
Untuk mencapai moksa juga
mempunyai tingkatan-tingkatan tergantung dari karma (perbuatannya) selama hidupnya
apakah sudah sesuai dengan ajaran-ajaran agama Hindu. Tingkatan-tingkatan seseorang yang telah
mencapai moksa dapat dikatagorikan sebagai berikut.
1. Apabila seorang yang sudah
mencapai kebebasan rohani dengan meninggalkan mayat disebut Moksa.
2. Apabila seorang yang sudah
mencapai kebebasan rohani dengan tidak meninggalkan mayat tetapi meninggalkan
bekas-bekas misalnya abu, tulang disebut Adi Moksa.
3. Apabila seorang yang telah
mencapi kebebasan rohani yang tidak meninggalkan mayat serta tidak membekas
disebut Parama Moksa.
Catur Marga.
Untuk mencapai Moksa beberapa cara
yang dapat ditempuh sesuai dengan bakat dan bidang yang digeluti saat ini yang
disebut dengan Catur Marga ada juga yang menyebutkan dengan Catur Yoga yaitu
empat jalan yang ditempuh untuk mencapai Moksa. Adapun keempat Catur Marga
terdiri dari :
1. Jnana Marga Yoga.
Pada saat sekarang peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat menentukan dalam pembangunan nasional
disamping ilmu pengetahuan lainnya. Setiap negara akan berusaha sekuat tenaga
dengan menggunakan resource yang ada untuk berkompetisi dalam bidang IPTEK,
siapa yang menguasai IPTEK maka merekalah yang menguasai dunia ini. Kata Jnana
artinya adalah kebijaksanaan filsafat atau pengetahuan, Yoga berasal dari urat
kata YUJ yang artinya menghubungkan diri.
Jadi Jnana Marga Yoga artinyga
jalan untuk mencapai persatuan atau pertemuan antara Atman dengan Paramatman
(Tuhan) berdasarkan atas pengetahuan (kebijaksanaan filsafat) terutama mengenai
kebenaran dan pembebasan diri dari ikatan duniawi (maya). Dalam kehidupan ini
kita memilih profesi pekerjaan kita sesuai dengan bakat yang diberikan oleh Sang Hyang
Widhi Wasa dan latar belakang pendidikan kita atau pekerjaan yang sangat
menarik yang kita geluti saat ini, sebab bakat yang diberikan oleh Tuhan adalah
anugrah yang sangat tinggi nilainya yang merupakan hasil Karma kita dahulu
sebelum kita Reinkarnasi sebagai manusia. Apabila kita ingin mengabdi kan diri
dibidang ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan adalah ilmu pengetahuan yang
dapat membantu umat manusia dalam mengatasi kehidupan ini.
2. Karma Marga Yoga.
Cara atau jalan untuk mencapai
moksa (bersatunya Atman dengan Brahman), dengan selalu berbuat baik, tetapi
tidak mengharapkan balasan atau hasilnya untuk kepentingan diri sendiri (amerih
sukaning awah) disebut Karma Marga Yoga. Dalam Karma Marga Yoga, kita sebagai
umat Hindu setiap tindak tanduk kita melakukan karya harus demi kepentingan
masyarakat banyak dan jangan ada suatu keinginan untuk menikmati hasilnya,
sebab kalau kita selalu berpikir hasilnya akan timbul keterikatan-keterikatan, kalau
keterikatan-keterikatan telah tumbuh dalam jiwa kita, maka ketenangan akan menjauh dari
kenyataan, sehingga jiwa kita akan diracuni oleh Sad Ripu yaitu enam musuh
utama manusia yang terdiri dari Kama, Lobha, Mada, Moha,Kroda, Matsarya (napsu,
loba, kemarahan, kemabukan, kebingungan,iri hati). Didalam Bhagawad Gita
disebutkan bahwa berulang kali Krisna berkata kepada Arjuna, lakukan tugasmu,
lakukanlah pekerjaan yang benar tetapi jangan ingin menikmati hasil pekerjaan
itu. Tujuan Krisna memberikan wejangan kepada Arjuna agar jangan meli
hat hasil nya adalah, kita sebagai pelaku benar-benar dalam bekerja semua perbuatan kita yaitu karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan tersebut membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan Karma Marga Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa melihat hasilnya maka ia akan menjadi orang yang benar-benar bijaksana (Stithaprajna), yang tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka atau gembira dan sedih.
hat hasil nya adalah, kita sebagai pelaku benar-benar dalam bekerja semua perbuatan kita yaitu karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan tersebut membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan Karma Marga Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa melihat hasilnya maka ia akan menjadi orang yang benar-benar bijaksana (Stithaprajna), yang tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka atau gembira dan sedih.
Perbuatan adalah karma , setiap
orang lahir dari karma, hidup dalam karma dan mati dalam karma, karma sumber
dari baik dan buruk dosa atau kebajikan, laba atau rugi, kebahagiaan atau
kesedihan, sebenarnya karmalah penyebab kelahiran, maka karma dalam kehidupan
merupakan masalah yang sangat penting.
Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan
sebagai berikut.
Diumpamakan badan kita adalah
sebuah jam dinding, dan nafas kita adalah pegasnya yang menyebabkan jarum jam
dapat berputar, dan baterynya adalah tenaga manusia. Tanpa nafas dan tenaga,
manusia tidak dapat berbuat apa apa yaitu berkarma, maka perbuatan (karma)
sangat tergantung dengan nafas (pegas) dan tenaga (batery). Dengan kekuatan
batery (tenaga) maka jarum jam yang terdiri dari tiga jarum yaitu jarum yang
paling panjang disebut jarum detik, jarum yang menengah disebut dengan jarum
menit dan jarum yang paling pendek disebut jarum jam. Ketiga jarum akan
berputar dengan kecepatan yang berbeda beda dan saling ketergantungan satu sama
lainnya, tetapi masing-masing jarum akan berputar sesuai dengan fungsinya.
Apabila jarum detik telah berputar
60 kali maka jarum menit akan mengikuti berputar hanya sekali, demikian saat
jarum menit telah berputar 60 kali maka jarum jam akan berputar sekali demikian
seterusnya dengan menggunakan kelipatan 60. Setiap gerakan jarum detik kita
umpakan adalah karma (perbuatan), untuk gerakan jarum menit kita umpamakan
adalah perasaan dan untuk gerakan jarum jam kita umpamakan adalah kebahagiaan.
Untuk mencapai suatu kebahagiaan yang terus menerus kita harus selalu berbuat
(berkarma) baik, setiap tindakan kita selalu tanamkan kebaikan yang menyebabkan
perasaan kita mendapat rangsangan kebaikan tersebut sehingga kita merasa
senang.
Apabila perasaan kita telah
mencapai kesenangan terus menerus akibat kita selalu berbuat (karma) baik
terhadap seseorang, maka menyebabkan kita akan mencapai kebahagiaan, sebab
karma (perbuatan), perasaan, dan kebahagian saling keterkaitan seperti ketiga
jarum jam berputar saling ketergantungan satu sama lainnya.
Makin banyak kita ber karma baik
maka perasaan dan kebahagian akan selalu mengikuti seperti perputaran jarum
jam, apabila jarum detik tidak bergerak jangan harap jarum menit bergerak
apalagi jarum jam Kebahagian akan dicapai dalam kehidupan ini apabila kita
selalu berkarma baik
3. Bhakti Marga Yoga.
Jalan atau cara untuk mencapai
moksa atau kebebasan, yaitu bersatunya Atman dengan Tuhan dengan melakukan
sujud bakti kehadapan Yang Widhi Wasa. Bakti adalah cinta yang mendalam kepada
Tuhan, bersifat tanpa pamerih sedikitpun dan tanpa keinginan duniawi apapun
juga. Bagi umat Hindu untuk melakukan Bakti Marga Yoga dengan menyanyikan
nama-nama Tuhan secara ber ulang-ulang, bergaul dengan orang-orang Suci yang mempunyai bakti, konsentrasi pikiran setiap saat kepada Tuhan, dan jalan
Bakti ini adalah yang paling mudah dilakukan. Seperti setiap hari kita melakukan
Trisandya dengan mengucapkan Gayatri Mantra tiga kali sehari.
Untuk menanamkan rasa Bakti
kehadapan Yang Widhi Wasa , sebaiknya anak mulai kecil dididik mengucapkan
Mantra Gayatri dengan memberi penjelasan makna dan arti masing-masing bait, sehingga
meresap dalam pikiran mereka dan dapat menuntun ajaran-ajaran kebenaran (Dharma).
Kalau belum hafal sebaiknya dibaca saja dan usahakan dengan suara yang lembut
sehingga benar-benar meresap dalam hati sanubari kita dan bayangkan Brahman ada
dalam pikiran dan renungkan secara terus menerus selama melagukan Gayatri
Mantra Dengan selalu melantunkan Gayatri Mantra terus menerus , maka kita
seolah olah menyatu dengan Tuhan atau bersatunya Atman dengan Tuhan., sehingga
kita mendapat ketenangan, kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan.Dalam
melakukan Bakti Marga Yoga terutama upacara piodalan di Pura-pura diseluruh
Indonesia, masyarakat Hindu sudah mempunyai cara upacara bakti
(persembahyangan) secara baku, dimanapun kita melakukan persembahyangan sudah
tersusun sama, dan Mantra Gayatri selalu dilantunkan sebelum persembahyangan
dimulai.
Pada saat Pendeta melakukan
upacara piodalan juga dinyanyikan lagu-lagu warga sari sebagai pemujaan kehadapan
Yang Widhi Wasa yang mempunya makna adalah agar sebelum persembahyangan dimulai
kita sudah mulai rasakan menyatunya Atman dengan Brahman.
4. Raja Marga Yoga.
Jalan untuk mencapai moksa menurut
agama Hindu dapat dilakukan melalui Tapa, Brata, Yoga, dan Semadi. Untuk
mengendalikan diri dengan melakukan latihan-latihan untuk mengatasi Sadripu
disebut dengan Tapa, Brata, sebab apabila Sadripu kita sudah dapat kendalikan
maka jalan mencapai moksa lebih mudah. Disamping mengendalikan Sad Ripu, kita
juga melakukan latihan-latihan untuk dapat menyatukan Atman dengan Tuhan yang
disebut dengan Yoga dan Semadi, dengan melakukan konsentrasi yang setepat
tepatnya dalam ketenangan dan suasana syandu sempurna sehingga kita dapat
menyatu dengan Tuhan.
Sebagai ilustrasi dapat
diceritrakan sebagai berikut.
Didalam suatu pesraman di Hutan
rimba ada seorang Rsi yang bernama Rsi Suka yang memberikan dharma wecana
kepada murid-muridnya yaitu yoga, semadi diantara murid-muridnya ada seorang
raja bernama raja Jenaka. Raja Jenaka disamping mempunyai kerajaan yang sangat
besar dan kaya juga berkeinginan belajar spiritual (Yoga, semadi) kepada Rsi
Suka yang sangat terkenal ilmu spiritualnya. Banyak ujian-ujian yang diberikan
kepada para siswanya agar dapat mencapai moksa dalam kehidupan ini dengan
meninggalkan keduniawian dengan melepaskan semua keterikatan-keterikatan
sehingga Atman menyatu dengan Brahman. Pada suatu hari Rsi Suka agak terlambat
memberikan dharma wecana sehubungan Raja Jenaka ada keperluan kerajaan yang
sangat mendesak yang tidak boleh diwakili. Rsi Suka dengan sengaja menunggu
Raja Jenaka, ingin menguji kesabaran para muridnya apakah dapat mengekang Sad
Ripu sebagai dasar pelajaran Yoga.
Dari pengamatan Rsi Suka banyak para muridnya gelisah dan gusar dan kadang-kadang timbul marah tidak sabar menunggu sampai ada yang protes bahwa pelajaran dimulai saja, mengapa kita di beda-bedakan orang biasa dengan raja Setelah raja datang dharma wecana baru dimulai dan Rsi Suka memberikan wejangan, kita harus dapat mengendalikan sad ripu sehingga kita dapat ketenangan bathin. Setelah dharma wecana selesai maka pelajaran dilanjutkan dengan yoga, semadi, dan pelajaran ini harus dilakukan dengan konsentrasi pikiran secara penuh.
Dengan suasana hening sepi hanya suara jangkrik yang kedengaran, para muridnya sedang asyik melakukan yoga semadi, tiba-tiba Rsi dengan berteriak bahwa sedang ada kebakaran di kota kerajaan, murid-muridnya pada bubar berlari lari pergi ke kota kerajaan ingin menyelamatkan harta dan rumahnya yang kebakaran. Tetapi raja Jenaka tidak bergeming sedikitpun, dia telah masuk dalam keadaan Semadi, beliau berbahagia dalam Atman.
Rsi mengamati wajah raja dengan perasaan sangat gembira. Setelah beberapa murid-murid yang lari kembali bahwa dikota tidak ada kebakaran dan Rsi pun memberikan penjelasan arti dari peristiwa tersebut. Penundaan mulainya dharma wecana adalah untuk menghormati raja, karena beliau telah menghapuskan keakuannnya kebanggaannya dan mempunyai kerendahan hati dan melatih mengendalikan Sad Ripu dan berhasil dengan baik dan ini perlu dicontoh oleh semua muridnya. Dan peristiwa kebakaran di kota kerajaan sebenarnya tidak pernah terjadi, peristiwa kebakaran adalah rekayasa Rsi dan ini merupakan ujian dari Rsi Suka. Kalau mau berhasil sebagai seorang spiritual (Yogi) harus berani melepaskan semua keduniawian yaitu keterikatan-keterikatan, tanpa ada kemauan untuk menghilangkan keterikatan-keterikatan ini tidak mungkin tercapai tujuannya yaitu sebagai seorang Yogi.
Dari pengamatan Rsi Suka banyak para muridnya gelisah dan gusar dan kadang-kadang timbul marah tidak sabar menunggu sampai ada yang protes bahwa pelajaran dimulai saja, mengapa kita di beda-bedakan orang biasa dengan raja Setelah raja datang dharma wecana baru dimulai dan Rsi Suka memberikan wejangan, kita harus dapat mengendalikan sad ripu sehingga kita dapat ketenangan bathin. Setelah dharma wecana selesai maka pelajaran dilanjutkan dengan yoga, semadi, dan pelajaran ini harus dilakukan dengan konsentrasi pikiran secara penuh.
Dengan suasana hening sepi hanya suara jangkrik yang kedengaran, para muridnya sedang asyik melakukan yoga semadi, tiba-tiba Rsi dengan berteriak bahwa sedang ada kebakaran di kota kerajaan, murid-muridnya pada bubar berlari lari pergi ke kota kerajaan ingin menyelamatkan harta dan rumahnya yang kebakaran. Tetapi raja Jenaka tidak bergeming sedikitpun, dia telah masuk dalam keadaan Semadi, beliau berbahagia dalam Atman.
Rsi mengamati wajah raja dengan perasaan sangat gembira. Setelah beberapa murid-murid yang lari kembali bahwa dikota tidak ada kebakaran dan Rsi pun memberikan penjelasan arti dari peristiwa tersebut. Penundaan mulainya dharma wecana adalah untuk menghormati raja, karena beliau telah menghapuskan keakuannnya kebanggaannya dan mempunyai kerendahan hati dan melatih mengendalikan Sad Ripu dan berhasil dengan baik dan ini perlu dicontoh oleh semua muridnya. Dan peristiwa kebakaran di kota kerajaan sebenarnya tidak pernah terjadi, peristiwa kebakaran adalah rekayasa Rsi dan ini merupakan ujian dari Rsi Suka. Kalau mau berhasil sebagai seorang spiritual (Yogi) harus berani melepaskan semua keduniawian yaitu keterikatan-keterikatan, tanpa ada kemauan untuk menghilangkan keterikatan-keterikatan ini tidak mungkin tercapai tujuannya yaitu sebagai seorang Yogi.
Diantara keempat Marga Yoga tersebut diatas semuanya adalah sama tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya, umat Hindu dapat memilih dari keempat Marga Yoga tersebut tergantung dari bakat masing-masing dan jalan yang satu akan berhubungan dengan yang lain semuanya akan mencapai tujuan yang sama yaitu Moksa.
No comments:
Post a Comment