Sesungguhnya, setiap agama yang ada dan berkembang dimuka
bumi ini, bertitik tolak kepada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Banyak hal yang mendorong kita harus percaya terhadap adanya Tuhan itu dan
berlaku secara alami. Adanya gejala atau kejadian dan keajaiban di dunia ini,
menyebabkan kepercayaan itu
semakin mantap. Semuanya itu pasti ada sebab- akibatnya, dan muara yang terakhir adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhanlah yang
mengatur semuanya ini, Tuhan pula sebagai penyebab pertama segala yang ada.
Kendati kita tidak boleh cepat-cepat percaya kepada sesuatu,
namun percaya itu penting dalam kehidupan ini. Banyak sekali kegiatan yang kita
laksanakan dalam kehidupan sehari-hari hanyalah berdasarkan kepercayaan saja.
Setiap hari kita mneyaksikan matahari terbit dan tenggelam. Demikian pula
adanya bulan dan bintang yang hadir di langit dengan teratur. Belum lagi oleh
adanya berbagai mahluk hidup dan hal-hal lain yang dapat menjadikan kita
semakin tertegun menyaksikannya. Adanya pergantian siang menjadi malam, adanya
kelahiran, usia tua, dan kematian, semuanya ini mengantarkan kita harus percaya
kepada Tuhan, bahwa Tuhanlah yang merupakan sumber dari segala yang terjadi di
alam semesta ini.
Prof. Dr. Mukti Ali, guru besar ilmu perbandingan agama pada
Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta yang pernah menjadi
Menteri Agama mengatakan pemahaman atau konsep tentang Tuhan itu merupakan
evolusi. Artinya pemahaman manusia tentang Tuhan adalah suatu proses yang
berkembang. Menurut Mukti Ali siklus perkembangan konsep ketuhanan itu mulai
dari politheisme lalu monotheisme kemudian pantheisme, dan ada kemungkinan dari
pantheisme kembali lagi ke politheisme demikian seterusnya.
Apakah Politheisme, Monotheisme dan Pantheisme?
Politheisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu banyak.
Setiap bagian atau unsur alam dan kehindupan manusia memiliki
"penguasanya" sendiri. Monotheisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu
hanya satu. Tuhan ini memiliki bentuk dan sifat seperti manusia dan berdiam
diri jauh di luar alam semesta. Pantheisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu
satu tapi tidak dapat digambarkan bentuknya. Dan dia meliputi seluruh
ciptaannya. Seperti satu sendok garam dalam segelas air. Garam tidak kelihatan
karena larut dalam air. Tapi seluruh air dalam gelas itu akan terasa garam.
Dalam agama Hindu hakikat Tuhan seperti ini disebut "Wyapi Wyapaka".
Dalam Agama Islam disebut "Wihdatul Wujud"
Bagimana Perkembangan itu terjadi?
Menurut pandangan orang barat perkembangan monotheisme
adalah sebagai berikut: Mula-mula ada banyak dewa-dewa. Setelah melalui
pergulatan yang panjang dan berdarah, satu dari antara dewa-dewa itu muncul
sebagai pemenang. Dewa yang menang ini menjadi Tuhan. Dewa-dewa lain yang kalah
terbagi menjadi dua. Yang mau tunduk kepada Sang Pemenang menjadi malaikat.
Yang tidak mau tunduk atau memberontak kepada Sang Pemenang menjadi Setan.
YAHWEH
Tuhan agama Yahudi disebut Yahweh. Pada mulanya Yahweh
adalah ajudan dewa perang yang sangat buas. Yahweh bukanlah dewa asli orang
Yahudi. Ia berasal dari suku bangsa Midian dan oleh Moses dimasukkan dalam
jajaran dewa-dewa orang Yahudi. Hampir lima abad lamanya Yahweh hanya mendapat
kedudukan yang tidak penting. Selama lima abad itu Yahweh pernah digabung atau
dikawinkan dengan dewa atau dewi Yahudi yang lain. Setelah bergulat selama lima
ratus tahun, akhirnya Yahweh dapat mengalahkan dewa-dewa lain dan menjadi Dewa
Tertinggi atau Tuhan satu-satunya.
Dari hanya ajudan dewa perang menjadi Tuhan satu-satunya,
Yahweh telah melakukan perjuangan keras. Artinya para pengikut Yahweh telah
melakukan pengucilan, pengusiran dan pembunuhan terhadap pengikut-pengikut
dewa-dewa Yahudi lainnya. Dan pembakaran terhadap kuil-kuil dewa-dewa lainnya.
Monotheisme Yahudi memang ditegakkan melalui jalan berdarah. Sekalipun agama
Yahudi telah menetapkan Yahweh sebagai satu-satunya Tuhan, tapi Torah, kitab
suci mereka masih mempercayai banyak dewa.
TRINITAS
Agama Kristen pada mulanya hanyalah satu sekte kecil dari
agama Yahudi. Yesus Kristus, pendiri agama Kristen pada mulanya adalah seorang
guru agama yang mengajar secara berkeliling sambil memberikan pengobatan kepada
orang-orang Yahudi. Karena Yesus banyak mengeritik praktek-praktek agama Yahudi
pada jamannya, maka para pemuka Yahudi bekerjasama dengan penguasa Romawi yang
menjajah negeri Israel, bersekongkol untuk menghukum mati Yesus dikayu salib.
Ajaran-ajaran Yesus dianggap bida'ah, atau sesat.
Berkat kegigihan para murid Yesus, sekte kecil yang bergerak
secara tersembunyi ini kemudian berkembang menjasi agama tersendiri, yaitu
agama Kristen. Para pemeluk agama baru ini enggan mengakui Yahweh sebagai Tuhan
mereka. Mereka menetapkan konsep ketuhanannya sendiri, yang disebut Trinitas,
yaitu Roh Kudus, Tuhan Bapa dan Tuhan Anak yaitu Yesus. Penetapan konsep
Trinitas ini dilakukan dalam beberapa kali musyawarah antara para pemuka gereja
yang berbeda pendapat. Setelah melalui proses panjang, hampir 450 tahun, konsep
Trinitas ini disepakati.
ALLAH
Setelah berabad-abad lamanya orang Yahudi menganut
monotheisme (mengakui Yahweh sebagai satu-satunya Tuhan), dan hampir 200 tahun
setelah agama Kristen mantap dengan konsep Trinitasnya, bangsa Arab masih
menyembah banyak dewa. Di antara dewa-dewa Arab itu yang banyak dipuja adalah
Al-Lah, dewa kemakmuran, disebut juga dewa air karena dipercaya memberi hujan
dan air bagi bagi orang-orang Arab. Dewa-dewa Arab yang lain adalah Al-Rahman
(pengasih), Al-Rahim (selamanya pengasih), Al Malik (raja), Dewi-dewi Arab
adalah Anat, Maniat dan Ujja. Mereka bertiga adalah putri Al-Lah.
Pada abad 6 M, Mohammad - menurut keyakinan Islam, karena
perintah Allah - mengajak orang-orang Arab hanya menyembah Allah sebagai
satu-satunya Tuhan. Tapi ajakan ini tidak diterima oleh mayoritas orang Arab,
terutama suku Quraish. Setelah melalui perjuangan keras, antara lain dengan
konflik- konflik bersenjata antara pengikut dan penentang Mohammad, akhirnya
pengikut Mohammad menang. Dan Allah diakui sebagai satu-satunya Tuhan oleh seluruh
bangsa Arab. Demikianlah dari jasirah Arab ini agama Islam berkembang. Dan
Islam menganut monotheisme yang sangat ketat. Tiada Tuhan selain Allah,
demikian keyakinan Islam.
Namun Allah memiliki 99 (sembilan puluh sembilan) nama
(Asma'ul Husna). Nama-nama itu, disamping Allah antara lain Al-Rahman,
Al-Rahim, Al-Malik, yang artinya sama dengan nama dewa-dewa di atas. Allah juga
bernama Al-Haqq (Kebenaran), Al Qahtar (yang mendominasi dan mematahkan
punggung musuh-musuhNya), Al-Muntaqinu (yang memberi siksaan), Assaburru (yang
maha penyabar). Prinsip Ketuhanan dalam agama Islam disebut Tawhid yang secara
harfiah berarti "menyatukan" atau "Mengesakan" atau
"mempersatukan".
Kalau diperhatikan monotheisme berarti bahwa suatu agama
percaya kepada satu Tuhan. Dan Tuhan dari masing-masing agama itu berbeda baik
asal-usul maupun sifat-sifatnya.
Tuhan itu ibarat sinar matahari yang ditangkap mata manusia
melalui prisma.Warna sinar itu bisa berbeda antara prisma yang satu dengan
prisma yang lain. Tepat apa yang dikatakan Kitab Suci Weda bahwa Tuhan itu
hanya satu, tapi orang-orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama.
Apakah Tuhan itu memang merupakan perkembangan atau berasal
dari dewa atau merupakan gabungan dari beberapa dewa?
Tuhan itu abadi. Tuhan tidak pernah berobah. Pikiran dan
pemahaman manusia tentang hakikat Tuhan yang berkembang.
Bagimana pandangan agama Hindu mengenai hakikat Tuhan?
Agama Hindu sudah ada sebelum terbentuknya agama Yahudi. Dan
agama Hindu tetap hidup sampai sekarang. Diantara agama-agama yang masih hidup
dewasa ini agama Hindu adalah agama yang pertama yang mengajarkan manusia untuk
mengenal Tuhan. Rentangan sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa agama Hindu
juga telah melewati semua paham-paham ketuhanan yang pernah ada.
Weda-weda tampak seperti mengikuti politheisme. Dalam
keempat Weda kita jumpai banyak nama-nama Tuhan seperti Indra, Wayu, Siwa,
Rudra, Yama, Brahma dan masih banyak lagi. Kalau dalam agama Islam Tuhan
memiliki 99 nama, dalam agama Hindu Tuhan diberikan lebih banyak nama lagi.
Tapi Weda juga mengatakan "Ekam sat wipra bahudha
wadanti"' yang artinya "hanya terdapat satu kebenaran yang mutlak
(Tuhan). Para bijaksana menyebutnya dengan berbagai-bagai nama" . Dalam
Upanishad disebutkan "Ekam ewa adwityam Brahman", artinya hanya ada
satu Tuhan (Brahman) tidak ada yang kedua.
Bagawad Gita jelas bersifat monotheisme. Dalam Bagawad Gita
Tuhan digambarkan memiliki bentuk dan sifat seperti manusia, dalam wujud
Krisnha. Sang Hyang Widhi adalah monoteisme asli Indonesia. Kitab-kitab
Upanishad menganut pandangan Pantheistik, Tuhan itu Esa, melingkupi alam
semesta.
Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi)
Percaya terhadap Tuhan, mempunyai pengertian yakin dan iman
terhadap Tuhan itu sendiri. Yakin dan iman ini merupakan pengakuan atas dasar
keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha
segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman),
adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari
Kuasa-Nya. Ia sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta
dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan
dari segala yang ada.
Tuhan yang tunggal sembunyi pada semua mahluk, menyusupi segala, inti hidupnya
semua mahluk, hakim semua perbuatan yang berada pada semua mahluk, saksi yang
mengetahui, yang tunggal, bebas dari kualitas apapun.
Karena Tuhan berada di mana-mana, ia mengetahui segalanya.
Tidak ada sesuatu apapun yang ia tidak ketahui. Tidak ada apapun yang dapat
disembunyikan kepada-Nya. Tuhan adalah saksi agung akan segala yang ada dan
terjadi. Karena demikian sifat Tuhan, maka orang tidak dapat lari kemanapun
untuk menyembunyikan segala perbuatannya. Kemanapun berlari akan selalu
berjumpa dengan Dia. Tidak ada tempat sepi yang luput dari kehadiran-Nya.
Yo nilayam carati yah pratamkam
dvatu samnisadya yanmantrayete
raja tad veda varunas trtiyah (A.W. IV.16.2)
Siapapun berdiri, berjalan atau bergerak dengan sembunyi-sembunyi, siapaun yang membaringkan diri atau bangun, apapun yang dua orang duduk bersama bisikan satu dengan yang lain, semuanya itu diketahui oleh Tuhan (Sang Raja Alam Semesta), ia adalah uyang ketiga hadir di sana.
Kendatipun Tuhan itu selalu hadir dan meresap di segala
tempat, tetapi sukar dapat dilihat oleh mata biasa. Indra kita hanya dapat
menangkap apa yang dilihat, didengar, dikecap dan dirasakan. Kemampuannya
terbatas, sedangkan Tuhan (Hyang Widhi) adalah Maha Sempurna dan tak terbatas.
Di dalam Weda disebutkan bahwa Tuhan (Hyang Widhi) tidak
berbentuk (nirupam), tidak bertangan dan berkaki (nirkaram nirpadam), tidak
berpancaindra (nirindryam), tetapi Tuhan (Hyang Widhi) dapat mengetahui segala
yang ada pada mahluk. Lagi pula Hyang Widhi tidak pernah lahir dan tidak pernah
tua, tidak pernah berkurang tidak juga bertambah, namun Beliau Maha Ada dan
Maha Mengetahui segala yang ada di alam semesta ini. Tuhan berkuasa atas semua
dan Tunggal atau Esa adanya.
ya etam devam ekavrtam veda
na dwitya na trtiyas cateutho napyucyate,
na pancamo na sasthah saptamo napyucyate,
nasthamo na navamo dasamo napyucyate,
sa sarvasmai vi pasyati vacca pranati yacca na,
tam idam nigatam sahah sa esa eka ekavrd eka eva,
sarve asmin deva ekavrto bhavanti. (A.V.XIII.4)
na dwitya na trtiyas cateutho napyucyate,
na pancamo na sasthah saptamo napyucyate,
nasthamo na navamo dasamo napyucyate,
sa sarvasmai vi pasyati vacca pranati yacca na,
tam idam nigatam sahah sa esa eka ekavrd eka eva,
sarve asmin deva ekavrto bhavanti. (A.V.XIII.4)
Kepada ia yang mengetahui ini Tuhan semata-mata hanya tunggal. Tidak ada yang kedua, ketiga, keempat Ia dipanggil. Tidak ada yang kelima, keenam, ketujuh, Ia dipanggil. Tidak ada yang kedelapan, kesembilan Ia dipanggil. Ia melihat segala apa yang bernafas dan apa yang tidak bernafas. Kepada-Nya-lah tenaga penakluk kembali. Ia hanya tunggal belaka. Padanya semua dewa hanya satu saja.
Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, yang tak terjangkau
oleh pikiran, yang gaib dipanggil dengan nama sesuai dengan jangkauan pikiran,
namun ia hanya satu, Tunggal adanya.
"Ekam eva advityam Brahma" (Ch.U.IV.2.1)
Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.
Tuhan hanya satu tidak ada yang kedua.
"Eko Narayanad na dvityo "Sti kaccit" (Weda
Sanggraha)
Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya.
Hanya satu Tuhan sama sekali tidak ada duanya.
"Bhineka Tungal Ika, tan hana Darma mangrwa"
(Lontar Sutasoma)
Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.
Berbeda-beda tetapi satu tidak ada Dharma yang dua.
"Idam mitram Varunam
agnim ahur atho
divyah sa suparno garutman
Ekam sad vipra bahudha vadantyagnim
yamam matarisvanam ahuh. (R.W.I. 1964.46)
Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni dan Dia yang Bercahaya, yaitu Garutman yang bersayap elok, Satu Itu (Tuhan), sang bijaksana menyebut dengan banyak nama, seperti Agni, Yama Matarisvam.
agnim ahur atho
divyah sa suparno garutman
Ekam sad vipra bahudha vadantyagnim
yamam matarisvanam ahuh. (R.W.I. 1964.46)
Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni dan Dia yang Bercahaya, yaitu Garutman yang bersayap elok, Satu Itu (Tuhan), sang bijaksana menyebut dengan banyak nama, seperti Agni, Yama Matarisvam.
Karena Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran, maka orang
membayangkan bermacam-macam sesuai dengan kemampuannya. Tuhan yang Tunggal
(Esa) itu dipanggilnya dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil
Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Ciwa sebagai
pelebur/pemralina. Banyak lagi panggilannya yang lain. Ia maha tahu, berada
dimana-mana. Karena itu tak ada apapun yang dapat kita sembunyikan
dihadapan-Nya. Orang-orang menyembah-Nya dengan bermacam-macam cara pada tempat
yang berbeda-beda. Kepada-Nyalah orang menyerahkan diri, mohon perlindungan dan
petunjuk-Nya agar ia menemukan jalan terang dalam mengarungi hidup ini.
Diantara paham Ketuhanan itu manakah yang paling baik?
Semua paham itu memiliki kelebihnan dan kekurangannya
masing-masing. Kenapa? Karena hakikat Tuhan itu tidak terbatas. Sedangkan
manusia sangat terbatas. Bagaimana suatu yang terbatas dapat mengetahui
sepenuhnya Yang Tidak Terbatas. Definisi-definisi yang dibuat manusia tentang
Tuhan, ibarat suatu usaha untuk mengukur alam semesta dengan seutas tali yang
panjangnya 2 meter. Definisi-definisi itu jauh dari sempurna. Misteri Tuhan
tidak akan pernah dapat disingkapkan oleh siapapun.
Ada yang mengatakan monotheismelah yang paling sempurna?
Tidak ada satupun definisi tentang Tuhan yang diterima
secara mutlak oleh semua pemeluk agama. Bahkan dewasa ini sudah banyak orang
berpendapat bahwa monotheisme itu sudah usang. Monotheisme dianggap tidak
menghargai alam. Monotheisme dituduh memberi dasar bagi eksploitasi alam oleh
manusia. Monotheisme juga dianggap menimbulkan fanatisme yang mematikan, tidak
mau mengakui keberadaan agama-agama lain. Sekarang banyak orang mengharapkan
agar manusia kembali ke pantheisme yang lebih menghargai alam serta menghormati
kemajemukan. Agama-agama pantheistik diakui sangat toleran terhadap agama-agama
lain. Namun dikalangan penganut monotheisme pun sekarang mulai timbul kesadaran
bahwa tidak mungkin satu agama memonopoli semua kebenaran, bahwa adanya
berbagai-bagai agama adalah kehendak Tuhan.
Sebagai orang biasa pandangan mana yang harus diikuti.
Mahatma Gandhi memberikan kita pedoman yang baik
sekali:"Nama-nama itu adalah sebutan deskriptif dari Tuhan yang Esa. Para
pujangga keagamaan telah memberi persemayaman lokal maupun nama pada atribut
Tuhan yang tidak terhitung jumlahnya. Dan hal ini tidak ada salahnya karena ia
tidak disalahartikan oleh pemujanya maupun pihak lain. Bila manusia memuja
Tuhan dia kan membayangkannya menurut kecenderungannya sendiri. Nahkan bila
kita berdoa kepada Tuhan yang sama sekali tanpa bentuk maupun atribut sesungguhnya
kita sudah memberikannya sifat-sifat.
Maka secara hakiki Tuhan tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata. Kita manusia terpaksa bergantung kepada imajinasi yang meluhurkan
ataupun kadang-kadang merendahkan diri kita. Sifat-sifat yang kita berikan
kepada Tuhan dengan Prayojana semurni-murninya adalah benar bagi kita tapi pada
hakikatnya salah. Sebab setiap usaha untuk menggambarkan Tuhan pasti akan
menemukan kekagalan.
Sebagai orang biasa kita ingin memiliki hubungan dengan
Tuhan yang melihat dan mendengarkan kita. Tuhan, kepada siapa kita mengajukan
pertanyaan, menyampaikan keluhan dan doa kita. Tuhan yang membimbing dan
melindungi kita. Dalam hati, kita menggambarkan Tuhan yang memiliki sifat-sifat
dan bentuk.
Ada orang-orang yang percaya bahwa kelompok mereka memiliki
hubungan khusus dengan Tuhan. Dan bersamaan dengan itu mereka menganggap Tuhan
telah meninggalkan kelompok lainnya. Benarkah pandangan ini?
Setiap orang memang harus percaya bahwa ia memiliki hubungan
khusus dengan Tuhan, dalam arti ia merasa dekat dengan Tuhan. Tapi ia sama
sekali tidak boleh merasa atau mengatakan bahwa ia atau mereka telah memonopoli
Tuhan. Kedekatan kita dengan Tuhan tidak memberi hak kepada kita untuk
mengasingkan Tuhan dari orang lain. Tuhan tidak pernah mengikatkan dirinya
hanya pada satu kelompok orang, baik berdasarkan suku maupun agama.
Demikian pula halnya dengan kelompok. Orang Yahudi merasa
memiliki hubungan khusus dengan Yahweh. Orang Kristen dengan Yesus. Orang Islam
dengan Allah. Orang Budha dengan Sang Budha. Orang Hindu dengan Sang Hyang
Widhi. Tapi hubungan khusus dengan Yahweh tidak boleh membuat orang Yahudi
mengatakan Yesus atau Allah bukan Tuhan. Hubungan khusus dengan Sang Hyang
Widhi tidak memberi hak kepada orang Hindu untuk mengatakan bahwa Allah dan
Yesus tuhan palsu. Bagi orang Hindu nama-nama itu semua merujuk kepada hakikat
yang satu: Tuhan.Yesus oleh orang Kristen disebut Terang Dunia, Allah disebut
Nur.
Dalam Upanishad Tuhan diandaikan bagaikan angin yang mengambil bentuknya dalam setiap benda yang dimasukinya, bagaikan api yang mengambil bentuk dalam setiap benda yang terbakar. Tuhan juga disebut sebagai matahari pemberi kehidupan. Bahkan sinarNya melebihi terang cahaya matahari: "Disana matahari tidak bersinar, bulan tidak bersinar, tidak juga bintang-bintang; kilat tidak bercahaya apalagi bumi. Dari SinarNya semua (benda-benda angkasa) ini dapat memantulkan cahaya, dan sinarNya menerangi seluruh ciptaan".
Dalam Upanishad Tuhan diandaikan bagaikan angin yang mengambil bentuknya dalam setiap benda yang dimasukinya, bagaikan api yang mengambil bentuk dalam setiap benda yang terbakar. Tuhan juga disebut sebagai matahari pemberi kehidupan. Bahkan sinarNya melebihi terang cahaya matahari: "Disana matahari tidak bersinar, bulan tidak bersinar, tidak juga bintang-bintang; kilat tidak bercahaya apalagi bumi. Dari SinarNya semua (benda-benda angkasa) ini dapat memantulkan cahaya, dan sinarNya menerangi seluruh ciptaan".
Siapa yang dapat memonopoli api? Siapa yang dapat memonopoli
angin? siapa yang dapat memonopoli matahari? Apakah api hanya memberi panasnya
pada satu kelompok orang? Apakah matahari hanya memberikan cahayanya kepada
satu kelompok orang? Apakah angin hanya berembus ke satu kelompok orang?
Api, angin dan Matahari hanyalah ciptaanNya. Lalu siapa yang
dapat memaksa Dia untuk memihak? Bila ada orang atau kelompok orang yang
mencoba melakukan hal tersebut maka mereka sesungguhnya hanya membuat lelucon
yang menyedihkan.
Berkatalah seekor laron sambil memandang bulan purnama:
"Hai pungguk yang tak beriman, betapa gelapnya jiwamu, karena seluruh cahaya
bulan yang indah itu, kini telah menjadi milikku!".
No comments:
Post a Comment