Wednesday, February 26, 2014

KIAMAT MENURUT HINDU


 

Untuk berbagi dan menambah cakrawala berpikir, berikut saya cuplikkan tulisan mengenai Kiamat Menurut Hindu  dan mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua.
OM Awighnam Astu Namo Sidham,.
Semua ciptaan Tuhan ditata berdasarkan hukum utpati (tercipta), sthiti (hidup terpelihara) dan pralina (lenyap kembali kepada asalnya). Alam dan isinya ini, setelah masanya selesai beredar dan berputar-putar, akan pralina atau pralaya.

Istilah kiamat memang tidak dijumpai dalam ajaran Hindu, karena memang itu bukan bahasa Sansekerta, bahasa yang dipakai dalam ajaran Hindu. Namun, yang sejajar dengan konsep kiamat adalah konsep pralina atau pralaya yang ada dalam kitab-kitab Purana. Dalam kitab-kitab Purana, utpati, sthiti dan pralina dibahas secara khusus. Memang terdapat sedikit perbedaan antara Purana satu dan Purana lainnya mengenai konsep ini. Namun, secara umum menyangkut hal-hal yang substansial tentang pralaya, semua Purana isinya sama, bahwa semua ciptaan Tuhan ini kena hukum TRI KONA yaitu utpati, sthiti dan pralina itu.
Empat Konsep Pralaya
Konsep pralaya dalam Wisnu dan Brahma Purana ada dinyatakan empat konsep pralaya yaitu:
* Nitya Pralaya yaitu proses kematian yang terjadi setiap hari dari semua makhluk hidup. Bahkan dalam diri manusia pun setiap detik ada sel tubuhnya yang mati dan diganti dengan sel baru. Sel tubuh manusia terjadi utpati, sthiti dan pralina.
*Naimitika pralaya adalah pralaya yang terjadi dalam satu periode manu. Menurut pandangan ini akan terjadi pralaya terbatas dalam setiap akhir manwantara. Ini artinya akan terjadi 14 kali naimitika pralaya atau kiamat terbatas atau kehancuran alam secara terbatas.
* Prakrtika Pralaya yaitu terjadinya pralaya secara total setelah manwantara ke-14. Saat terjadinya Prakrtika Pralaya, seluruh alam semesta beserta isinya lenyap dan kembali pada Brahman atau Tuhan Yang Mahaesa dalam waktu yang panjang atau satu malamnya Brahma. Setelah itu akan terjadi penciptaan lagi dan memulai dengan manwantara pertama lagi. Prakrtika Pralaya inilah yang mungkin identik dengan konsep kiamat menurut kepercayaan lainnya. Karena, semua unsur alam dengan segala isinya kembali pada Brahman. Menurut keyakinan Hindu, hanya Tuhanlah yang kekal abadi. Tapi gambaran dan keadaan mahapralaya sangat berbeda dengan gambaran dan keadaan hari Kiamat. Hari Kiamat digambarkan sebagai kehancuran dasyat yang membawa siksa dan penderitaan tiada taranya bagi manusia. Mahapralaya digambar dengan sangat berbeda: Brahman adalah kebahagian; sebab dari kebahagiaan semua mahluk hidup, dalam kebahagiaan mereka semua hidup, dan ke dalam kebahagiaan mereka semua kembali”!. (Tattiriya Upanishad). Seperti seorang meninggal dengan tenang pada usia tua.
* Atyantika Pralaya yaitu pralaya yang disebabkan oleh kemampuan spiritualnya melalui suatu pemberdayaan jnana yang amat kuat sehingga seluruh dirinya masuk secara utuh lahir batin kepada Tuhan Brahman.
 Kapan Pralaya menurut Hindu?
Dalam kitab Brahma Purana, dinyatakan satu hari Brahman (satu kalpa) atau satu siang dan satu malamnya Tuhan lamanya 14 manwantara. Satu manwantara = 71 maha yuga. Satu maha yuga = empat zaman yaitu kerta, treta, dwapara dan kali yuga. Satu maha yuga = 4,32 juta tahun manusia.
Sekarang peredaran alam semesta sedang berada pada manwantara ketujuh dibawah pimpinan Vaivasvata Manu. Ini artinya pralaya atau kiamat total akan terjadi setelah manu ke-14 berakhir (14×71×10000×432=4.294.800.000 tahun manusia). Manu ke-14 adalah Suci sebagai Indra Savarni Manu.
Ada 2 sisi yang kontradiktif antara ilmu pengetahuan dengan agama. Agama : Believing is Seeing (percaya dulu baru bisa melihat), Science : Seeing is Believing (melihat dulu baru bisa percaya). Oleh karena itu, semua dikembalikan pada kita, karena semua perhitungan di atas diluar kemampuan manusia.
Demikianlah konsep pralaya (semacam kiamat) menurut Hindu. Yakinlah, pralaya dalam arti Prakrtika Pralaya tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini. Sedangkan Nitya Pralaya akan terjadi dalam setiap hari, ada makhluk hidup yang mati dan ada yang lahir.
 Bagaimana menyikapi jaman Kali?
Lalu, jika memang kiamat itu akan datang, baik dalam waktu dekat ataupun kapan pun datangnya, apakah kita harus khawatir?
Jawabnya adalah : TIDAK. Mengapa?
Dalam Bhagavadgita 4.7 disampaikan :
yada yada hi dharmasya
glanir bhavati bharata
abhyutthanam adharmasya
tadatmanam srjam y aham
Kapanpun dan dimanapun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela, pada waktu itulah Aku (Tuhan) sendiri turun untuk menegakkannya kembali”
Jadi disana jelas disebutkan bahwa Tuhan akan turun (mengambil wujud ) setiap terjadi kemerosotan Dharma , kondisi ini akan terjadi terus menerus tidak berhenti pada suatu titik tapi terus terjadi sesuai dengan siklus waktu.
Dalam Bhagavata Purana (1.1.10) disampaikan
präyeëälpäyuñaù sabhya
kaläv asmin yuge janäù
mandäù sumanda-matayo
manda-bhägyä hy upadrutäù
“Wahai orang-orang yang terpelajar,
dalam jaman Kali, atau jaman besi,
umur manusia sangat pendek.
Mereka suka bertengkar, malas, mudah
disesatkan (salah pimpin), bernasib
malang, dan diatas segala-galanya,
mereka selalu gelisah.”
Berikutnya kami kutipkan dari Manawa Dharmasastra, I.86
Tapah param krta yuge
Tretayam jnanamuscyate.
Dwapare yajnaewahur
Danamekam kalau yuge.
Artinya: Pada zaman Kerta Yuga, dengan bertapalah cara beragama yang paling utama. Zaman Treta Yuga, beragama dengan mengamalkan ilmu pengetahuan suci (jnana) itulah yang paling utama. Zaman Dwapara, yadnya-lah yang paling utama. Sedangkan pada zaman Kali Yuga, dana punia-lah cara beragama yang paling utama.
Untuk menyelamatkan diri dari pengaruh buruk pada setiap perjalanan yuga itu, Swami Satya Narayana menyatakan agar manusia berperilaku seperti zaman atau mengikuti yuga sebelumnya. Misalnya, pada zaman treta, Sri Rama dan para pengikutnya berperilaku mengikuti zaman kerta yuga meskipun Sri Rama hidup pada zaman treta yuga. Sedangkan Rahwana berperilaku seperti zaman kali. Karena itu, Sri Rama dengan pengikutnya selamat hidup di bawah lindungan dharma dan Rahwana hancur karena hidup berdasarkan adharma.
Demikian juga Pandawa dengan Sri Krisna hidup pada zaman dwapara yuga, tetapi perilakunya mengikuti zaman kerta dan treta yuga. Dengan demikian Pandawa dan Sri Krisna memenangkan hidup berdasarkan dharma, sedangkan Korawa hancur karena mengikuti cara hidup yang adharma.
Demikianlah kini, kalau ingin selamat dari pengaruh zaman kali, hiduplah seperti zaman dwapara. Bahkan kalau bisa, ikuti treta atau kerta, maka akan selamatlah dari pengaruh buruk zaman kali

Om Shanti,Shanti,Shanti Om.

No comments:

Post a Comment